Bangunan epistemologi dan metodologi dalam kalam klasik cenderung bersifat skriptualis dan anatomistik, yang tidak mengindahkan kehidupan nyata. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menjawab berbagai tantangan keilmuan yang kian modern. Sedangkan pembahasan kalam kontemporer tidak selalu sama dengan wacana yang ditelurkan kalam klasik namun harus ada penambahan, perluasan objek kajian, progresifitas berpikir, inovasi, rekonstruksi, dialogisasi, integrasi yang semuanya menunjukkan akan pentingnya pergeseran paradigma yang lebih membumi dan dapat menyesuaikan dengan disiplin keilmuan profan lainnya tanpa ada sikap tabu, alergi dan antipati terhadap disiplin keilmuan di luar diri (eksternal) kajian kalam klasik.