Pembekuan PSSI oleh Menpora merupakan salah satu isu yang menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi para pecinta olahraga sepak bola. Tentu saja hal tersebut menarik para media untuk memberitakan kasus tersebut sebagai bahan pemberitaannya. Pemberitaan yang ditampilkan lebih bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana konstruksi harian Kompas dalam menanggapi kasus pembekuan PSSI yang dianalisis melalui pemberitaan-pemberitaannya. Analisis yang digunakan adalah model analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang terdiri dari struktur Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Sementara teori yang dipakai adalah teori konstruksi realitas sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang kemudian disempurnakan oleh Burhan Bungin dengan menambahkan unsur media massa, sehingga tercipta teori konstruksi realitas media massa.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pemberitaan dari harian Kompas berusaha bersikap netral, tidak memihak sisi manapun. Bahkan harian Kompas cenderung memberi arahan agar semua pihak menghilangkan kepentingan pribadi masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari beberapa berita yang membenarkan apa yang menjadi keputusan pemerintah lewat Kemenpora. Di lain sisi terdapat juga berita yang berusaha menyoroti kinerja pemerintah lewat terbentuknya tim transisi. Konstruksi realitas dari harian Kompas juga dipengaruhi oleh pemilihan narasumber dan kutipan pernyataan yang ada di pemberitaan. Tujuan dari harian Kompas ini cenderung untuk mengawal kasus Pembekuan PSSI oleh Menpora sehingga masyarakat bisa tahu dan ikut mengawasi tentang perkembangan kasus tersebut. Serta tujuan untuk meningkatkan prestasi sepak bola dan juga kinerja dari PSSI setelah adanya surat keputusan pembekuan tersebut.