Pengembangan penggunaan pewarna alami sebagai pewarna tekstil baru-baru ini meningkat. Ini karena pewarna alami ramah lingkungan dan mudah diperoleh. Ada sekitar 150 spesies tanaman yang secara intensif menghasilkan pewarna alami. Dari total spesies tanaman yang digunakan sebagai produsen pewarna alam termasuk kayu mahoni dan tingi. Pewarna alami kayu mahoni dan kayu tingi diaplikasikan pada kain 5 kali dan 10 kali pencelupan. Setelah itu penguncian warna pada kain dengan beberapa fixator. Fixator adalah tawas, ferro sulfat, dan kapur. Kemudian kain tetap diuji untuk tahan luntur warna mereka terhadap cucian, pewarnaan, gosok, uji penuaan warna kain, dan uji keringat asam. Hasil eksperimen dengan pencelupan 5 kali menghasilkan warna yang kurang tajam, sedangkan dalam mewarnai 10 kali menghasilkan warna yang lebih tajam dibandingkan untuk warna kain pada pencelupan 5 kali. Hasil analisis percobaan telah menunjukkan bahwa pewarna Mahoni dan Tingi diaplikasikan pada kain batik dan difiksasi menggunakan tawas fixator memiliki nilai evaluasi luntur warna yang optimal. Mengenali warna kain uji penuaan yang memiliki nilai R% terkecil yaitu kain dicelup dengan pewarna mahoni pada pencelupan 10 kali dan difiksasi menggunakan fero sulfat dengan nilai R 6,05. Sedangkan kain yang memiliki nilai R% tertinggi dari kain dicelup dengan pewarna mahoni pada pewarna ke-5 dan difiksasi menggunakan alum fiksator dengan nilai R% sebesar 57,97. Analisis uji ketahanan warna terhadap keringat asam pada kain pewarna Tingi dengan pencelupan 5 kali, nilai perubahan warna kain memiliki skor Gray Scale (GS) 4-5 dengan evaluasi nilai BAIK. Nilai pewarnaan warna dari asetat, kapas, poliamida, poliester, akrilat, dan wol memiliki skor Gray Scale (GS) rata-rata 4 dengan evaluasi nilai BAIK.Kata kunci: mahoni, ramah lingkungan, tingi