ABSTRAK Paper ini diringkas dari hasil penelitian yang menfokuskan kajian dengan rumusan masalah apakah pembelajaran mata kuliah pendidikan multi kultural berbasis kerukunan antar agama dan etnik dapat menguatkan kerukunan mahasiswa pendidikan sosiologi FKIP Universitas Halu Oleo?. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun 2016/2017 semester III pada mahasiswa pendidikan sosiologi FKIP Universitas Halu Oleo. Jumlah mahasiswa sebanyak 42 orang. Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori Classroom Action Research atau penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan demikian prosedur yang dilakukan adalah mengacu pada prosedur kegiatan dalam penelitian jenis PTK yang meliputi beberapa langka atau prosedur yaitu; pertama, tahap perencanaan berupa penyiapan bahan ajar dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Kedua, tahap pelaksanaan. Pelaksanaan perkuliahan dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan dengan perkuliahan didesain dengan pola diskusi kelompok dan praktek. Ketiga, tahap evaluasi yaitu untuk mengukur sejauhmana hasil PTK tersebut dalam pandagan atau persepsi mereka tentang kerukunan. Keempat, tahap refleksi. Karena dalam penelitian hanya dilakukan sebelum dan setelah penelitian. Sebelum kegiatan perkuliahan dilakukan langsung diberikan angket untuk mengukur persepsi mahasiswa tentang kerukunan dengan 4 variabel. Setelah kegiatan perkuliahan sebanyak 8 kali pertemuan langsung diberikan lagi evaluasi. Sehingga refleksi yang dilakukan yaitu untuk melihat hal-hal yang berdampak dan hal-hal apa yang harus direkomendasikan. Hasil penelitian ini menunjukan Kegiatan pembelajaran dengan melalui integrasi konsep kerukunan antar agama dan etnik dalam pembelajaran pada mahasiswa pendidikan sosiologi FKIP Universitas Halu Oleo sangat berdampak pada penguatan kerukunan mahasiwa hal ini ditunjukan dengan hasil indeks yang mengalami peningkatan jika dibandingkan antara sebelum dan setelah perkuliahan. Masalah mendasar dari belum tingginya index kerukunan mahasiswa (belum mencapai nilai indekx tinggi 3,5-4,0) karena sikap dan pandangan ekslusifisme baik dari sudat pandang pemahaman agama maupun sikap primordial etnik yang sudah terbangun dalam alam pikiran mahasiswa. Sehingga kondisi ini membutuhkan proses yang lebih lama dan tentunya juga harus didukung oleh bentuk-bentuk intervensi yang lain baik secara formal maupun non formal. Tetapi jika mahasiswa terus bergelut dengan kelompok yang mendoktrinkan paham kearah yang lebih ekslussif, bahkan radikal maka hal ini bisa tetap mendormg pemahaman yang tertutup lagi (ekslusif). Sehingga kegiatan dan program seperti ini harus dudukung dengan bentuk internalisasi dan dukungan dari pihak lain baik itu kalangan akademisi, tokoh agama, tokoh adat, dan maupun pemerintah. Kata Kunci: Internalisasi Nilai, Pembelajaran, dan Penguatan Kerukunan