Serat Centhini telah mengalami pengembaraan dalam proses penerjemahan. Dari teks Jawa kuno, serat tersebut dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Ia kemudian juga mengalami transliterasi ke dalam Bahasa Prancis setelah kemudian teks dari Bahasa Prancis tersebut dikembalikan ke dalam Bahasa Indonesia. Centhini menjadi mahakarya yang mengalami perjalanan interpretasi yang panjang, mengalami transformasi alih bahasa dan alih budaya serta proses pengaktualisasian pemikiran dan ide akibat campur tangan penerjemah ketika proses pengalihan bahasa tersebut terjadi. Yang menjadi persoalan, begitu mudahkah penerjemahan yang bertingkat tersebut dilakukan? Apabila penerjemahan dari satu teks saja memunculkan beragam distorsi, bagaiamana dengan penerjemahan multi tingkat ini? Interpretasi seperti apakah yang dilakukan penerjemah? Adakah inovasi dan distorsi yang terjadi sebagai hasil dari proses penerjemahan? Tujuan artikel ini adalah merunut pengembaraan penerjemahan Serat Centhini dengan fokus pada interpretasi, inovasi dan distorsi yang dilakukan oleh para penerjemah.