Pembuatan tahu di Indonesia banyak menggunakan kecutan sebagai penggumpal. Kecutan ini memiliki kelemahan karenajenis dan jumlah mikrobia yang berperan dalam fermentasi dapat berbeda dari satu fermentasi dengan fermentasi lainnya.Akibatnya mutu tahu yang dihasilkan dari proses penggumpalannya juga kurang stabil. Penelitian ini bertujuan menggunakanhasil fermentasi whey tahu dengan bakteri asam laktat, Pediococcus acidilactici F11 sebagai alternatif penggumpal pada skalaindustri. Fermentasi dilakukan pada fermentor 125 L selama 5 hari produksi (5 batch) pada skala industri. Populasi akhirbakteri asam laktat dari 5 batch fermentasi kecutan menggunakan Pediococcus acidilactici F11 pada fermentor 125 liter selama16 jam memiliki rata-rata 1,19 x 109 CFU/mL, sedangkan bakteri non BAL dan coliform memiliki rata-rata 1,8 x 102 CFU/mLdan 8,23 CFU/mL. Keasaman dan pH pada akhir fermentasi kecutan sudah memenuhi persyaratan sebagai penggumpaldengan memiliki rata-rata 3,54 g/L dan pH rata-rata 3,94. Berat tahu yang dihasilkan dari koagulan hasil fermentasi whey tahumenggunakan Pediococcus acidilactici F11 lebih tinggi 5,9% dibanding menggunakan koagulan dari kecutan.