Akhir tahun 2018 hingga awal tahun 2019 di Indonesia dapat diprediksikan sebagai tahun politik. Hal tersebut terlihat dari banyaknya manuver politik yang dilakukan oleh perseorangan ataupun sekelompok orang yang tergabung menjadi sebuah kelompok politik. Manuver tersebut dilakukan untuk memperkuat salah satu pasangan calon yang didukung atau sekaligus menjatuhkan pasangan calon lawan politiknya, proses manuver tersebut tidak bisa terlepas dari media massa sebagai alat bantunya. Pada pertengahan bulan September, warga Indonesia dikagetkan dengan kasus hoaks tokoh politik dan seniman Indonesia, Ratna Sarumpaet. Kasus tersebut lambat laun bergeser ke motif politik yang ada di balik situasi politik Indonesia. Berdasarkan hal tesebut penelitian ini berusaha mendeskripsikan gambaran politikus wanita pada kasus hoaks Ratna Sarumpaet dengan menggunakan teori analisis wacana kritis. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus bentuk tunggal pendekatan kualitatif dengan perspektif kritis tentang penggambaran sebenar-benarnya politisi wanita pada pemberitaan kasus hoaks di berbagai media online. Studi kasus politisi wanita yang digunakan adalah Ratna Sarumpaet, seorang seniman berkebangsaan Indonesia yang banyak menggeluti dunia panggung teater, selain itu sebagai aktivis organisasi sosial Ratna Sarumpaet Crisis. Penelitian dilakukan tiga bulan dengan data diambil dari media massa online di Indonesia dengan cara purposive sampling. Ada lima data pemberitaan dari berbagai media online yang berbeda dengan waktu yang berbeda-beda pula. Hasil analisis menunjukkan terdapat upaya penggiringan opini terhadap masyarakat tentang keterlibatan salah satu paslon dengan kasus hoaks yang dilakukan oleh tokoh politik ratna sarumpaet. Hal ini dilakukan untuk menurunkan dukungan politik jelang pemilihan presiden 2019.Kata Kunci: Media, Kontruksi Media, Hoaks, Politikus Wanita, Critical Discourse Analysis (CDA)