Pesantren tidak bisa dilepaskan dari sastra. Tradisi bersastra dipesantren sama tuanya dengan usia pesantren itu sendiri. Berbagaikitab yang dikaji di pesantren memiliki banyak ciri yang bisaditemukan dalam karya sastra, seperti bentuk-bentuk penulisanpuisi (nazam) dan prosa (natsar). Salah satu tokoh yang mengambilbagian dalam mengembangkan sastra pesantren adalah K.H.Achmad. Faqih Muntaha. Semasa hidup dan mengasuh pesantrenal-Asy’ariyah, Kalibeber Wonosobo, beliau banyak membuahkankarya sastra dan menyemarakkan kegiatan-kegiatan sastra dilingkungan pesantren yang diasuhnya. Sebelum wafat, puisi-puisibeliau sudah dibukukan dalam beberapa antologi. Menariknya,puisi-puisi beliau tidak hanya berbicara tentang hal-hal yangberkaitan degan masalah keagamaan, tetapi banyak juga yang berisikritik sosial. Sastra dipilih oleh K.H. Achmad Faqih Muntahasebagai media dakwah. Penulisan puisi menggunakan BahasaIndonesia dipilih agar pesan-pesan puisinya bisa mudah ditangkapsecara lebih luas dan mudah diterima. Kontribusi Abah Faqihmelalui karya-karya puisi tidak terlihat secara kasat mata, tetapikebiasaan Abah Faqih dalam menorehkan pikiran dan gagasanmelalui tulisan telah mempengaruhi pola pikir dan perkembangan mental santri dan masyarakat