AbstrakCedera panggul pada anak-anak jarang terjadi dan sering diabaikan bahkan hingga hari ini. Patah tulang panggul biasanya hasil dari trauma berenergi tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kebutuhan transfusi dikaitkan dengan pola fraktur panggul pada anak-anak.Ini adalah studi retrospektif cross sectional dengan metode observasi analitik dengan populasi fraktur panggul pada anak-anak antara Januari 2012 dan September 2018 di Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin Bandung. Diidentifikasi ebanyak 30 anak-anak dengan fraktur panggul dalam jangka waktu ini. Data yang diekstraksi meliputi jenis kelamin, usia, mekanisme cedera, rincian pola fraktur panggul, cedera terkait (kepala, dada, perut / genitourinari, ekstremitas, atau tulang belakang), dan persyaratan transfusi darah selama rawat inap.Ada 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi untuk penelitian ini, 22 pria (73,3%) dan 8 wanita (26,7%). Usia rata-rata adalah 15,18 tahun (kisaran 7-19 tahun). 8 pasien dikategorikan sebagai fraktur cincin panggul Torode Zieg tipe IIIA (26,7%), 12 pasien dikategorikan sebagai tipe IIIB (40%), dan sisanya 10 pasien dikategorikan sebagai tipe IV (33,3%). Transfusi darah diberikan pada 8 pasien, dengan kadar hemoglobin ? 7. Korelasi antara pola fraktur panggul dengan kebutuhan transfusi yang dianalisis dengan korelasi spearman adalah 0,360 (p <0,05).Kesimpulannya adalah pola dan tingkat keparahan fraktur cincin panggul memiliki korelasi dengan peningkatan kebutuhan transfusi pada populasi anak. Semakin parah pola cedera cincin panggul, semakin tinggi kemungkinan diperlukan transfusi darah.AbstractPelvic injuries in children are rare and overlooked frequently even today. Pelvic fractures usually result from high-energy trauma. The aim of this study was to determine whether the need of transfusion is associated with pelvic fracture pattern in pediatric patients.This is cross sectional retrospective study with analytic observational method with population of pelvic fractures in pediatric patients between January 2012 and September 2018 in Hasan Sadikin General Hospital Bandung. A total of 30 pediatric patients with pelvic fractures in this time frame were identified. Data extracted included sex, age, mechanism of injury, details of the pelvic fracture pattern, associated injuries (head, chest, abdominal/genitourinary, extremity, or spine), and blood transfusion requirements during the hospitalization.There were 30 patients met inclusion criteria for this study, 22 males (73.3%) and 8 females (26.7%). The average age was 15.18 years (range 7–19 years). 8 patients categorized as Pelvic Ring Injury Torode Zieg type IIIA (26.7%), 12 patients categorized as type IIIB (40%), and the rest 10 patients are categorized as type IV (33.3%). Blood transfusions were administered in 8 patients, with hemoglobin level ? 7. The correlation between pelvic fracture pattern with the need of transfusion analyzed with spearman correlation was 0.360 (p < 0.05).The conclusion is pelvic ring fracture pattern and severity have a correlation with the increased transfusion requirements in the pediatric population. The more severe the pattern of the pelvic ring injury, the higher chance of the blood transfusion required.