Spesifikasi Umum 2010 revisi 2 (dua) Direktorat Jenderal Bina Marga pada poin dasarpembayaran menyebutkan bahwa sistem pembayaran pekerjaan aspal terpisah antarapembayaran aspal dan pembayaran agregat. Pembayaran aspal diberikan setelah dilakukan ujiekstraksi kadar aspal. Hasil ekstraksi kadar aspal yang telah dihampar biasanya kurang darispesifikasi yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu diketahui pengaruh pelaksanaan di asphaltmixing plant (AMP), asphalt finisher dan setelah dipadatkan di lapangan serta pengaruh kadarpori agregat dan filler terhadap kadar aspal hasil ekstraksi. Penelitian dilakukan padalaboratorium AMP PT. Lutvindo Wijaya Perkasa dan di lapangan. Uji ekstraksi kadar aspalmenggunakan alat centrifuge extractor dengan pelarut bensin. Sample pengujian ekstraksiadalah campuran ACWC dari AMP, dari belakang asphalt finisher dan setelah dipadatkan dilapangan. Sample pengujian kadar pori berasal dari agregat quarry Ujung Batu, Bangkinangdan Solok. Berdasarkan hasil penelitian, kadar aspal rata-rata hasil ekstraksi di AMP sebesar5,85%, 5,80% di belakang asphalt finisher dan 5,72% dari hasil core. Kadar aspal ekstraksiuntuk campuran di belakang asphalt finisher memiliki deviasi -0,05% terhadap kadar aspalcampuran di AMP. Kadar aspal hasil ekstraksi dari core memiliki deviasi -0,08% terhadapkadar aspal campuran di belakang asphalt finisher. Kadar pori agregat quarry Ujung Batu0,995%, quarry Bangkinang 1,306% dan quarry Solok 0,863%. Hasil ekstraksi kadar aspaldipengaruhi oleh lokasi pengerjaan ACWC. Kadar aspal hasil ekstraksi semakin berkurangantara pengujian di AMP, di belakang asphalt finisher dan setelah dipadatkan di lapangan.Kadar aspal hasil ekstraksi juga dipengaruhi oleh kadar pori agregat dan filler yang dihasilkan.Dari pengujian kadar pori diperoleh semakin tinggi kadar pori agregat maka semakinberkurang kadar aspal hasil ekstraksi. Berdasarkan gradasi ekstraksi diperoleh semakin banyakfiller maka semakin tinggi kadar aspal hasil ekstraksi.Kata Kunci: Ekstraksi, Filler, Kadar Aspal, Kadar Pori