Perilaku merokok pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data menunjukkan bahwa usia merokok semakin muda. Begitu masifnya iklan rokok di televisi menjadi salah satu pemicu dalam mempengaruhi perilaku merokok remaja. Standar maskulinitas di Indonesia yang bersifat kontekstual juga menjadi salah satu penyebab tingginya perilaku merokok remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan iklan rokok dan persepsi maskulinitas dengan perilaku merokok remaja. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Advertising Exposure dan teori Konsep diri. Populasi penelitian adalah remaja laki- laki dengan kategori umur 12-18 tahun yang terkena terpaan iklan rokok di televisi. Sampel penelitian yang diambil yaitu sebanyak 100 responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis Kendall Tau-b, menunjukkan hasil bahwa: Pertama, terdapat hubungan antara terpaan iklan rokok dengan perilaku merokok remaja dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,798. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan yang kuat dengan arah hubungan yang positif. Semakin tinggi terpaan iklan, maka semakin tinggi perilaku merokok remaja, begitu pula sebaliknya. Kedua, terdapat hubungan yang positif antara persepsi maskulinitas pada perokok dengan perilaku merokok remaja laki- laki, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan koefisien korelasi sebesar 0,824. Keeratan hubungan yang diperoleh kuat dan arah hubungan bersifat positif. Hal ini berarti, semakin positif persepsi maskulinitas pada perokok maka semakin tinggi perilaku merokok remaja laki- laki, begitu pula sebaliknya. Saran yang diberikan yaitu pada pemerintah, agar mengkaji ulang regulasi penayangan iklan rokok di televisi dengan cara membatasi frekuensi penayangan iklan rokok setiap harinya, untuk mengurangi prevalensi merokok di kalangan remaja.