Konteks kehidupan gereja yang mengalami perubahan pesat di Barat dan Amerika Utara melahirkan sejumlah persoalan pada pelayanan gembala jemaat di dalam gereja. Sekularisasi, privatisasi iman dan ideologi keagamaan yang bercorak pragmatis-terapeutis menyebabkan munculnya kebingungan tentang hakikat peran dan tugas gembala jemaat. Situasi itu direspons dengan menghidupkan kembali visi lama gembala jemaat sebagai cendekiawan gereja. Berakar dalam pemahaman gembala sebagai teolog, gambaran tersebut hendak menaruh kembali peran dan tugas gembala jemaat sebagaimana selama ini dikenal dalam sejarah panjang kekristenan. Dalam konteks pergumulan Kristen di Indonesia, gambaran itu dapat dipergunakan untuk melengkapi gambaran-gambaran gembala jemaat yang selama ini sudah ada sejauh muatannya disesuaikan dengan konteks pergumulan orang Kristen di Indonesia, yang menuntut kecendekiawanan yang berbeda. Artikel ini menggunakan metode penelitian kepustakaan.