Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan model bahasa yang digunakan oleh caleg guna mendulang suara rakyat agar memilih dirinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan ancangan wacana kritis. Bahasa merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Pemaknaan citra merupakan hal yang abstrak. Citra tidak dapat diukur secara sistematis tetapi wujudnya bisa dirasakan baik positif maupun negatif. Penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif tersebut datang dari publik atau khalayak sasaran masyarakat. Citra terbentuk atas proses akumulasi dari tindakan maupun perilaku individu yang kemudian mengalami suatu proses untuk terbentuknya opini publik yang luas. Pencitraan pada diri seorang tokoh populer (Public figure) terbentuk oleh pencitraan diri yang sengaja diolah sedemikian rupa dengan harapan mendapat citra positif di mata publik atau masyarakat luas. Keberagaman latar belakang, status sosial dan ekonomi, perbedaan pengalaman, serta aspek-aspek lain dapat mempengaruhi pemaknaan akan pencitraan yang dibangun oleh caleg. Melalui iklan kampanye, caleg membangun realitas atas dirinya. Realitas itu dibangun melalui pencitraan, baik secara objektif maupun secara subjektif. Temuan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, bahasa citraan dipakai sebagai strategi menanamkan idelogi yang dilakukan oleh caleg. Kedua, pencitraan dapat dilihat pada bentuk-bentuk formal teks. Ketiga, bahasa citraan caleg ditemukan dalam level leksikal. Keempat, bahasa citraan caleg ditemukan dalam level gramatika. Kata-kata Kunci: pencitraan, bahasa Indonesia, dan kampanye politik caleg.