Tiga puluh dua tahun lalu, seorang professor dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Howard Gardner menulis buku Frames of Mind:  The Theory of Multiple Intelligence (1983).  Saat itu hampir semua orang menyangka bahwa intelligensi sama dengan IQ. Padahal IQ merupakan singkatan dari Inteligence Quotient, suatu alat ukur yang mengukur inteligensi. Intelligensi itu sendiri disamakan dengan kecerdasan. Orang yang berÂIQ tinggi dipandang  sebagai orang yang mempunyai banyak kesempatan untuk berhasil. Sementara orang yang berÂIQ rendah adalah yang memiliki keterbatasan untuk berhasil.Buku  tersebut membuka mata  banyak orang  bahwa intelligensi itu bukanlah semataÂmata  dan bukanlah hanya intelligensi umum (logis matematis) sebagaimana diukur oleh Tes IQ. Tes IQ tidak secara secermat mengukur potensiÂpotensi diri seseorang. Lionel Messi (28 tahun)  pesepakbola yang menjadi idola amat banyak anak sedunia â barangkali memiliki hasil Tes IQ yang rendah, namun dalam bidang yang digelutinya, sepak bola, ia digadangÂgadang oleh para komentator dan ahli sepak bola sebagai seorang yang genius. Sampai saat ini belum ada pesepak bola yang menyamainya dalam gelar Pesepak  Bola Terbaik Sejagat. Messi sudah menggondol  gelar tersebut sebanyak empat kali. Kemungkinan  besar ia juga akan menggondolnya untuk yang kelima kali.