Malaria adalah penyakit reemerging, yakni penyakit yang menular kembali secara massal yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles (mosquito borne diseases). Penyakit infeksi ini banyak dijumpai di daerah tropis. Di Indonesia, prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 persen. Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki berjuta flora dan fauna yang kaya manfaat sehingga penduduk Indonesia cenderung memilih obat tradisional. Dukungan WHO terhadap konsep back to nature dibuktikan dengan adanya rekomendasi untuk menggunakan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan salah satu flora dengan potensi antimalaria. Pengolahan sambiloto dapat dilakukan dengan membuat rebusan langsung dari daun sambiloto yaitu daun kering dengan dosis anjuran sebesar 5 gr, yang direbus bersama air dua gelas sampai sisa satu gelas untuk satu hari (diminum 3 x 1/3 gelas). Jika menggunakan daun segar, dosisnya adalah 30 lembar daun dengan cara yang sama seperti merebus daun kering. Tak hanya flora, fauna Indonesia yaitu Teripang (Holothuria Sp.) memiliki potensi sebagai antiprotozoa. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji fitokimia yang mengandung alkaloid. Pengolahan Teripang dilakukan dalam berbagai tahap yaitu pengeluaran isi perut teripang dan pencucian, perebusan, pengeringan lalu perebusan kembali.