Limbah serbuk gergaji dan sebetan dari industri penggergajian kayu rakyat secara teknis dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi arang dan cuka kayu secara terpadu karena kualitas produk masing-masing memenuhi SNI dan Jepang.  Limbah sebetan yang diproduksi pada tungku kubah batu-bata yang dilengkapi dengan unit pendingin air menghasilkan rendemen arang 33,6% dan cuka kayu 40,6%. Analisis financial limbah sebetan menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi dapat diperoleh setelah 32,9 bulan, tingkat bunga maksimum 79% dan besarnya nisbah manfaat terhadap biaya 1,08. Oleh karena itu hasil penelitian produksi sebetan ini layak dikembangkan pada usaha skala kecil. Limbah serbuk gergaji tidak layak dikembangkan karena investasi lebih tinggi dari nilai hasil produksi. Berdasarkan analisis financial arang sebetan dapat digunakan untuk bahan baku arang aktif yang diproduksi pada tungku arang aktif model pedesaan dengan menggunakan kayu bakar sebagai sumber energinya layak dikembangkan secara komersial, dengan jangka waktu pengembalian investasi dapat diperoleh setelah 35,8 bulan, tingkat bunga maksimum sebesar 13% dan besarnya nisbah manfaat terhadap biaya adalah 1,003. Pemanfaatan cuka kayu pada budidaya tanaman padi diperlukan sebanyak 40 liter/ha dapat memberikan keuntungan usaha pada petani sebesar Rp 9.980.500.- per ha sedangkan tanpa cuka kayu Rp 6.761.500.- per hari.