Penyebab AKB di Kabupaten Semarang tahun 2016 bila dilihat dari umur kematian bayi, kasus kematian terbanayk pada usia 7 hari (77 bayi), usia 8-28 hari (31 bayi), dan usia 29 hari ? 11 bulan (43 kasus). Dengan penyebab terbesar AKB adalah BBLR (44 kasus), asfiksia (29 kasus), dan sisanya (78 kasus) karena infeksi, kelainan kongenital, aspirasi, tetanus, dan lain-lain. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menekan Angka Kematian Bayi antara lain dengan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, pemberian informasi tentang perawatan BBL (Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, 2016). Akan tetapi untuk informasi tentang tanda bahaya bayi baru lahir belum ada program khusus.Untuk Menganalisis Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kabupaten SemarangPenelitian Penelitian menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 76 responden dengan pengambilan sampelĀ menggunakanPurposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi Square. Dengan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemelikan buku KIA (p=1.000), membaca buku KIA (p=0,980), Mendapat informasi (p=0,951), Usia ibu (p=0,422), pendidikan ibu (p=0,349) dengan pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir, dan terdapat hubungan yang signifikan antara penjelasan nakes (p=0.002) dengan pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir. Tenaga kesehatan hendaknya selalu memberikan penjelasan tentang tanda bahaya bayi baru lahir baik pada waktu kunjungan antenatal maupun saat kunjungan post natal dan lebih memberikan dukungan pada ibu untuk membaca buku KIA yang berkaitan dengan tanda bahaya bayi baru lahir.