Yosef Chang Song-jip (1786-1839) adalah seorang martir Katolik Korea. Ia lahir pada keluarga yang bukan umat beriman di Seoul. Dia bekerja di toko obat herbal. Dia menikah dua kali, namun dia kehilangan istrinya pada masa-masa awal pernikahannya. Pada usia 30 tahun, dia mulai mempelajari Katekismus. Namun Yosef tidak dapat mempercayai doktrin tentang Inkarnasi dan Kelahiran dari Perawan. Dia tidak dapat mempercayai bahwa Allah telah merendahkan diri-Nya untuk menjadi manusia demi cinta kepada umat manusia.
Karena tidak dapat memecahkan masalah keraguannya, Yosef meninggalkan pengajaran agama Katolik, dan dia hanya tertarik untuk mencari uang. Namun, salah satu temannya yang seorang Katolik, membujuk Yosef agar dia kembali kepada Allah. Yosef menyesali kesalahan di masa lalunya. Dia menyerahkan dirinya terhanyut dalam doa, merenung, dan membaca Kitab Suci. Dia menghindari bertemu dengan teman-temannya dan hidup seorang diri. Teman-temannya bertanya kepadanya tentang mengapa dia tidak melakukan lagi usahanya. Dia menjawab, bahwa dia lebih baik menderita karena kelaparan dan kedinginan demi Tuhan dan kebahagiaan abadi daripada memiliki kekayaan duniawi.
Yosef dibaptis dan menerima Sakramen Krisma pada hari yang sama pada bulan April 1838. Ketika dia mendengar para martir yang pemberani, dia sangat tergerak hatinya begitu kuat sehingga dia ingin menyerahkan dirinya sendiri ke pemerintah yang berwajib, namun wali baptisnya menghentikan dia supaya tidak menyerahkan diri.
Dia benar-benar ditangkap pada tanggal 18 Mei. Banyak tetangga, teman dan yang menangkap dia memaksa supaya dia menyangkal agamanya. Namun sebaliknya, dia mengajarkan mereka tentang doktrin Katolik. Dia mengajarkan bahwa seseorang harus mencintai Allah, Yang menciptakan segala sesuatu di bumi dan Dia akan mengirim orang baik ke Surga dan orang jahat ke neraka.
Akhirnya, kepala polisi mengirimkan dia ke pengadilan yang lebih tinggi. Karena dia tidak segera diinterogasi, Yosef ingin mengetahui kenapa mereka meninggalkan dirinya sendirian tanpa interogasi dan siksaan. Dia disalahpahami sebagai seorang yang gila dan kemudian dia dipenjarakan kembali. Yosef tidak mematuhi kepala polisi yang meminta kepada dirinya supaya menyangkal Allah. Dia dipukuli dengan sebuah gada sedikitnya 20 kali, dan dia dikirim kembali ke penjara. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 26 Mei 1839, dia meninggal di dalam penjara di Seoul. Pada saat itu, dia berusia 54 tahun.[1]
Referensi