Yeonsangun dari Joseon
Hukuman mati IbundanyaRatu Yoon yang dibuang ke jahannam, biasanya dikenal sebagai Ratu Jeheon yang menikah dengan ayahanda Pangeran Yeonsan, Seongjong, sebagai seorang Selir sampai kematian Ratu Gonghye, istri pertama Seongjong. Dengan tidak adanya keturunan sebagai ahli waris takhta, raja didesak oleh para kanselir untuk mencari istri kedua untuk mengamankan warisan kerajaan. Nyonya Yoon dipilih karena kecantikannya, dan secara resmi dinikahi pada tahun 1476. Beberapa bulan kemudian, ia melahirkan putra pertamanya, Yi Yung, yang kemudian menjadi Pangeran Yeonsan. Ratu yang baru terbukti memiliki temperamen dan cemburu yang besar terhadap selir Seongjong yang tinggal di dalam istana, bahkan mengatur untuk meracuni salah satunya pada tahun 1477. Pada tahun 1479, ia menyerang raja secara fisik di suatu malam, meninggalkan bekas luka cakaran. Dibalik usahanya untuk menutupi luka itu, ibunda Seongjong, Ratu Insoo, memergoki kebenaran tersebut dan memerintah Nyonya Yoon yang sekarang dikenal sebagai Ratu Yoon dipecat. Setelah beberapa upaya untuk mengembalikan Ratu yang diasingkan kembali ke posisinya di istana, pejabat pemerintah mengeluarkan petisi agar ia diracuni. Dua PembersihanPutra Mahkota tumbuh dewasa dan menggantikan Seongjong pada tahun 1494. Selama awal pemerintahannya, ia seorang yang bijaksana dan administrator yang cakap yang menguatkan pertahanan nasional dan menolong orang yang miskin. Ia juga menunjukkan sisi kekejamannya ketika ia membunuh Jo Sa-seo, salah satu tutornya, segera setelah menjadi raja. Ia akhirnya mengetahui apa yang terjadi dengan ibu kandungnya dan berusaha untuk mengembalikan gelar posisi anumerta ibunya. Ketika para pejabat pemerintah milik faksi politik yang bernama Sarim menentang upaya-upayanya atas wasiat Seongjong, ia merasa tidak senang dan mencari cara untuk menyingkirkan mereka. Pada tahun 1498 Kim Il Son, seorang murid Kim Jong-jik, mencantumkan sebuah paragraf di dalam catatan kerajaan yang mengkritik perebutan Raja Sejo atas tahta pada tahun 1455. Kim Il Son dan para pengikut Kim Jong-jik lainnya dituduh telah berkhianat oleh faksi saingannya, yang memberi Yeonsangun cukup alasan untuk memerintahkan pengeksekusian dari banyak pejabat Sarim dan mutilasi sisa tubuh Kim Jong-jil. Ini disebut Pembersihan Sastrawan Pertama pada tahun 1498 (무오사화 戊午士禍). Pada tahun 1504, Im Sa-hong menceritakan kepada Yeonsangun detail tentang kematian ibunya dan menunjukkan sebuah baju bernoda darah, yang merupakan noda darah yang dimuntahkan ibunya setelah meminum racun. Pada tanggal 20 Maret 1504, ia memukul 2 selir ayahnya sampai mati,[1] karena keterlibatan mereka atas kematian ibunya. Neneknya, Ratu Besar Insu[2] meninggal setelah ia didorong oleh Yeonsagun di dalam sebuah pertengkaran. Ia mengeksekusi banyak pejabat pemerintah yang mendukung eksekusi ibunya, sekarang dikenal dengan nama anumertanya sebagai Ratu Jeheon, dan memerintahkan agar makam Han Myeong-hoi dibongkar dan kepalanya dipenggal dari kerangkanya. Ini dikenal sebagai Pembersihan Sastrawan Kedua pada tahun 1504 (갑자사화 甲子士禍). Penindasan berbicara dan belajarIa juga menutup Seonggyeongwan, universitas kerajaan, dan menggantinya menjadi tempat hiburannya, dimana gadis-gadis muda dan kuda-kuda dikumpulkan dari seluruh Semenanjung Korea. Ia menghancurkan banyak wilayah pemukiman di ibu kota dan mengusir banyak penduduk untuk membangun tempat berburu. Ia juga memaksa rakyat untuk bekerja paksa membangun tempat hiburan lainnya. Banyak rakyat yang merasa benci dan menghina raja dengan poster-poster yang ditulis di dalam bahasa Hangul. Ini menimbulkan kemarahan Yeonsangun, dan ia melarang penggunaan hangeul dan hanja. Ketika para menteri memprotes aksinya, ia menghancurkan Kantor Sensor (yang fungsinya untuk mengkritik tindakan atau kebijakan raja yang tidak pantas) dan Hongmoongwan (perpustakaan dan pusat penelitian yang menganjurkan raja dengan ajaran-ajaran Konfusianisme).[3] Ia memerintahkan menteri-menterinya untuk mengenakan tanda yang bertuliskan: "Mulut adalah pintu yang mendatangkan bencana, lidah adalah pedang yang memotong kepala. Tubuh akan berada di dalam suasana damai selama mulut tertutup dan lidah berada jauh di dalamnya." (口是禍之門 舌是斬身刀 閉口深藏舌 安身處處牢).[4] Ketika kepala kasim Kim Cheo-sun, yang telah melayani empat orang raja sebelumnya, memohon kepada Yeonsangun untuk mengubah caranya, Yeonsangun kemudian membunuhnya dengan menembakkan panah dan memotong anggota tubuh Kim Cheo-sun, serta keluarganya diturunkan derajatnya ke tingkat 7. Ketika Yeonsangun menanyakan sekretaris kerajaan jika hukuman tersebut pantas atau tidak, mereka tidak berani menjawabnya.[5] Ia juga mengasingkan menteri ritual karena telah menumpahkan minuman yang dituangkannya untuk raja. Banyak orang takut dengan aturannya yang kejam dan suara mereka dibungkam, kontras dengan era liberal di masa ayahnya. DigulingkanPada 1506, tahun ke-12 pemerintahan Raja Yeonsan, sekelompok pejabat - khususnya Park Won-jong,[6] Seong Hui-an, Yoo Soon-jeong, dan Hong Gyeong-ju[7] - merencanakan untuk melawan pemimpin kejam itu. Mereka melancarkan kudeta pada tanggal 2 September 1506, menurunkan raja dan menggantikannya dengan saudara tirinya, Pangeran Jinseong. Raja diturunkan pangkatnya menjadi pangeran, dan kemudian dibuang ke pengasingan. Raja Yeonsangun meninggal di dalam pengasingannya beberapa minggu setelah kudeta, pada tahun yang sama. Selir Jang Nok-su dianggap sebagai femme fatale yang mendukung pemerintahan Yeonsangun yang salah dan ia dihukum penggal. Putra-putra Yeonsangun yang masih kecil juga dibunuh. Keluarga
Nama Kehormatan Anumertanya
Kebudayaan Modern
Referensi
Lihat pula
|