Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Watuwe Si Buaya Ajaib merupakan sebuah cerita rakyat yang berasal dari Papua Barat, menceritakan tentang kisah seekor buaya yang menggunakan keajaibannya demi membantu sepasang suami istri melahirkan bayi mereka dengan selamat.[1]
Cerita
Dahulu kala, di sekitar Sungai Tami di Irian Jaya, ada sepasang suami istri yang sedang menantikan kehadiran seorang anak. Towjatuwa, sang suami, sangat mencemaskan istrinya yang mungkin akan mengalami kesulitan dalam melahirkan karena usia tuanya.
Satu-satu cara untuk dapat membantu istrinya adalah menggunakan batu tajam yang terdapat di Sungai Tami. Tetapi, saat dia sedang mencari batu tajam, muncullah seekor buaya besar secara tiba-tiba. Pastinya Towjatuwa langsung sangat kaget dan takut sehingga hampir pingsan.
Saat buayanya mendekati Towjatuwa, badan buayanya terlihat beda sama buaya biasa karena di punggung buaya nya tumbuh bulu-bulu burung kasuari, yang terlihat lebih menakutkan dibanding dengan biasanya.
Towjatuwa juga sudah mempersiapkan diri untuk kabur saat buaya itu mendekatinya. Tetapi, dengan tidak yang diduga, buaya itu sangat ramah saat bicara kepada Towjatuwa.
“Maafkan aku jika mengagetkanmu. Namaku Watuwe. Siapa namamu dan apa yang kamu lakukan di sungai ini?” tanya buaya.
“Oh, a...ku...aku....namaku Towjatuwa. Aku sedang mencari batu tajam untuk membantu istriku melahirkan,” jawab Towjatuwa ketakutan.
Rasa ketakutan Towjatuwa perlahan-lahan semakin pudar karena buayanya tidak begitu seram yang dibayangkan. Oleh maka itu, percakapan mereka menjadi lebih akrab dan santai.
“Kau tidak usah khawatir Towjatuwa. Aku bisa membantu masalahmu. Aku akan menolong istrimu melahirkan,” ucap Watuwe.
Setelah mendengarkannya, Towjatuwa menjadi lega dan senang. Ia kembali ke rumah dan menceritakan apa yang terjadi kepada istrinya.
Hari berganti hari, rasa gelisah Towjatuwa tidak membaik, karena istrinya sudah mau melahirkan. Ia takut Watuwe tidak menempatkan janji untuk membantu istrinya melahirkan.
Saat malam tiba, sang istri mulai merasakan sakit di bagian perut. Towjatuwa pun panik. Kemudian, Watuwe muncul dan Towjatuwa juga menjadi lega. Watuwe menggunakan kekuatan ajaibnya untuk membantu sang istri melahirkan dengan selamat.
Setelah itu, terdengar tangisan laki-laki bayi yang memecahkan keheningan malam itu. Di hati Towjatuwe, perasaan bahagia, lega, dan haru bercampur menjadi satu, ia sangat berterima kasih kepada Watuwe. Narrowra adalah nama anak laki-laki itu.
“Towjatuwa, kelak anakmu akan menjadi pemuda yang gagah dan andal dalam berburu. Tapi, ada satu hal yang harus kau ingat, kelak kau dan keturunanmu jangan ada yang membunuh ataupun memakan daging buaya. Jika kau melanggar larangan ini, kau dan keturunanmu akan mati,” kata si Watuwe.
“Baiklah Watuwe. Aku akan mengingat pesanmu dan akan ku sampaikan kepada keturunanku,” balas Towjatuwa.
Mulai saat itu, Towjatuwa dan seluruh keturunannya berjanji untuk tidak membunuh hewan di sekitar Sungai Tami. Mereka juga melindungi hewan-hewannya dari para pemburu.
Pesan Moral
Berbuat baiklah terhadap sesama. Bantulah ketika ada yang membutuhkan. Sebab, sewaktu-waktu kita akan membutuhkan bantuan orang lain.
Referensi
^Sambangsari (Tri Indah M.R.), Sumbi (2008). Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Jakarta Selatan: PT WahyuMedia. hlm. 267–269. ISBN9797951510.