Vurcanu (bahasa Inggris: Vulcano) adalah sebuah pulau vulkanik di Laut Tirenia, sekitar 25 km (16 mi) utara Sisilia dan bagian paling selatan dari delapan pulau-pulau Aeolia. Luas daratan pulau ini 21 km2 (8 sq mi), naik hingga ketinggian 501 m (1.644 ft) di atas permukaan laut, dan mengandung beberapa pusat vulkanik, termasuk salah satu dari empat gunung berapi non-bawah laut di Italia.
Sejarah
Bangsa Romawi menggunakan pulau ini terutama untuk bahan baku, penebangan kayu, dan pertambangantawas dan sulfur. Semua itu adalah kegiatan utama di pulau ini hingga akhir abad ke-19.
Ketika penguasa Bourbon runtuh pada tahun 1860, seorang pria Inggris bernama James Stevenson membeli bagian utara pulau ni, membangun vila, membuka kembali tambang-tambang lokal, dan menanam kebun-kebun anggur yang menghasilkan buah anggur yang nantinya akan digunakan untuk membuat minuman anggur Malmsey. Stevenson tinggal di Vurcanu hingga gunung di pulau ini meletus besar terakhir kalinya pada tahun 1888. Letusan itu berlangsung lebih dari dua tahun, sehingga Stevenson menjual semua propertinya kepada penduduk setempat dan tidak pernah kembali ke pulau ini. Vila itu masih utuh.
Geologi
Aktivitas vulkanik di wilayah ini sebagian besar hasil dari gerakan ke utara Lempeng Afrika yang bertemu dengan Lempeng Eurasia. Ada tiga gunung berapi yang berpusat di pulau ini:
Di ujung selatan pulau adalah gunung berapi kerucut, Gunung Aria (501 m (1.644 ft)), Gunung Saraceno (481 m (1.578 ft)), dan Gunung Luccia (188 m (617 ft)), yang telah runtuh sebagian menjadi Kaldera Il Piano.
Pusat yang paling terakhir aktif adalah Gran Cratere di puncak kerucut Fossa, gunung kerucut ini tumbuh di Kaldera Lentia di tengah-tengah pulau dan telah meletus besar setidaknya 9 kali dalam 6000 tahun terakhir.
Di bagian utara pulau terdapat Vulcanello (123 m (404 ft)), yang terhubung ke pulau oleh suatu tanah genting yang banjir dalam cuaca buruk. Gunung ini muncul dari laut saat erupsi tahun 183 SM sebagai suatu pulau terpisah. Sesekali terjadi letusan dari tiga gunung kerucut tersebut yang menghasilkan endapan aliran piroklastik dan lava sejak saat itu hingga tahun 1550. Letusan terakhir menciptakan suatu tanah genting yang sempit yang menghubungkan gunung itu dengan Pulau Vurcanu.
Vurcanu telah tenang sejak letusan kerucut Fossa pada 3 Agustus 1888 hingga tahun 1890, yang menyimpan sekitar 5 m (16 ft) material piroklastik di puncak. Gaya letusan yang terlihat pada kerucut Fossa disebut erupsi gunung berapi, yang emisi eksplosif fragmen piroklastik fragmen dari magma kental yang disebabkan oleh tingginya viskositas yang mencegah gas keluar dengan mudah. Letusan di Vurcanu ini secara hati-hati didokumentasikan pada saat itu oleh Giuseppe Mercalli. Mercalli menggambarkan letusan itu sebagai berikut "...Ledakan terdengar seperti meriam dengan interval yang tidak teratur..." Akibatnya, erupsi gunung berapi didasarkan pada deskripsi ini. Erupsi gunung berapi yang khas dapat melemparkan balok-balok material padat ratusan meter dari lubang. Mercalli melaporkan balok-balok dari letusan tahun 1888-1890 jatuh di laut antara Vurcanu dan Lipari, beberapa balok yang jatuh di Pulau Vurcanu difoto olehnya atau asistennya.
Emisi gas vulkanik dari gunung berapi ini diukur dengan suatu sistem analisis gas multikomponen, yang mendeteksi pelepasan gas dari naiknya magma sebelum letasan, yang meningkatkan ketepatann prediksi aktivitas gunung berapi.[1]
Biologi
Karena Pulau Vurcanu memiliki aktivitas gunung berapi, pulau ini adalah tempat termofilia dan hipertermofilia mungkin ditemukan. Bahkan, arkeaPyrococcus furiosus hipertermofir digambarkan untuk pertama kalinya ketika arkea itu terisolasi oleh sedimen di pulau ini oleh Gerhard Fiala dan Karl Stetter.[2]
Trivia
Sebuah asteroid didedikasikan untuk pulau ini, 4464 Vulcano.[3]
Menurut pengacara dan penulis Amerika Serikat, Richard Paul Roe, komedi The Tempest karya William Shakespeare berlatar tempat Pulau Vurcanu.[4]
^Fiala, G., & Stetter, K. O. (1986). Pyrococcus furiosus sp. nov. represents a novel genus of marine heterotrophic archaebacteria growing optimally at 100 °C (212 °F). Archives of Microbiology, 145, 56–61.