Tula Ahar ialah ritual budaya yang ada di semenanjung Atadei, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).[1] Ritual ini masih dijaga serta dijalankan oleh beberapa kampung, yaitu Lamanunang, Watuwawer, Lewogromang dan kampung Lewokoba. Setiap suku yang ada di kampung-kampung itu memiliki rumah adat sendiri yang dinamakan rumah adat (una rajan), tetapi kampung Lamanunang memiliki kekhasan yang berbeda dengan ketiga kampung lainnya.
Ritual Tula Ahar di Watuwawer, Lewogromang dan Lewokoba berdasarkan kesepakatan para leluhur untuk menjalankan ritual itu dengan menerapkan tata urutan yang relatif sama meskipun penyelenggaraannya di rumah adat masing-masing suku. Supaya tidak berlebihan terkadang mereka bergabung menyelenggarakan ritual itu pada sebuah rumah adat milik salah satu suku. Karena ketiga kampung itu rata-rata dihuni oleh lebih dari satu suku dan setiap suku mempunyai koker sendiri-sendiri untuk mengadakan ritual adat dan pemujaan kepada Sang Pencipta yang dinamakan Lera Wulan Tana Ekan.[2]
Mereka mengakui bahwa Lera Wulan Tana Ekan mewakili tiga unsur alam, yaitu Lera (matahari), Wulan (Bulan), Tana Ekan (bumi beserta alam semesta). Namun unsur-unsur itu merupakan satu kesatuan yang tidak saling bertentangan. Lera mempunyai kedudukan tertinggi, Wulan sebagai wakil Lera sedangkan Tana Ekan menguasai bumi. Dan semua tunduk pada apa yang dikehendaki penguasa tertinggi Lera yang diucapkan dalam satu kesatuan, Lera Wulan Tana Ekan.
Penduduk asli di Flores Timur (ujung Timur pulau Flores), pulau Adonara, pulau Solor, dan pulau Lembata yang berbudaya Lamaholot memegang kepercayaan yang sama juga terhadap adanya Lera Wulan Tana Ekan itu. Di dalam ritual budaya Tula Ahar, selain Lera Wulan Tana Ekan ada roh-roh lain yang mendapat perhatian, yaitu Anam Hareye, dan juga roh-roh yang jahat yang dinamakan Anam Rotaye artinya barang-barang hutan atau roh jahat.
Referensi
- ^ "Kebudayaan Nusa Tenggara Timur". Ilmu Seni.com. Suhariyanto. 2002. Diakses tanggal 3/4/2019.
- ^ Arndt, SVD, Paul (2003). Agama Asli Di Kepulauan Solor. Maumere: Puslit Candraditya. hlm. 1 – 167.