Tudung saji

Tudung saji plastik di sebuah rumah di Indonesia

Tudung saji merupakan alat dapur yang berfungsi sebagai penutup hidangan atau makanan di atas meja.

Kerajinan daerah

Tudung saji dapat dibuat dari beragam bahan misalnya bambu, plastik, dedaunan yang dikeringkan atau alumunium. Di berbagai daerah, tudung saji merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat setempat. Di Kepulauan Bangka-Belitung, tudung saji bersama dulang adalah lambang dari gotong royong dan tradisi nganggung.[1]

Pada masyarakat Melayu Ngabang, tudung saji dibuat dari daun sakek dan layaw (Bahasa melayu dan Dayak). Daun sakek adalah daun pandan yang berjenis lebar dan berduri atau disebut juga daun pandan tikar. Sedangkan layaw atau buloh yang disebut rotan dibentuk bulat akan dijadikan kerangka tudung saji tersebut. Dalam membuat tudung saji ini ada beberapa proses yang dilalui sebelumnya daun pandan tikar tersebut direndam dengan pewarna agar warna yang dihasilkan lebih cantik dan bervariasi kemudian dibentuk dan dianyam. Ada juga yang dicorakkan dan diwarnakan setelah dibentuk dengan pilihan warna yang dikehendaki.

Adapun kegunaan dari tudong saji tersebut awalnya sebagai penutup hidangan agar tidak dapat dihinggapi lalat atau terkena serbuk dan kotoran lain. Seiring dengan perkembangan zaman tudong saji ini dibuat orang untuk hiasan dinding. Di daerah Ngabang tudung saji yang dibuat lebih diminati orang untuk hiasan rumah masing – masing dengan corak khas melayu dan dayaknya.[2]

Referensi

  1. ^ Bukan Sekadar Penutup Makanan, Tudung Saji Jadi 'Maskot' Gotong Royong di Babel, Detik News. Akses: 30 Juli 2022.
  2. ^ Umar, R. M. (2017). Pengenalan Budaya Kalimantan Barat. Pontianak: CV. DERWATI. hlm. 39. ISBN 978-602-61925-3-0.