Trem Yangon adalah layanan trem di Yangon yang mulai beroperasi pada 11 Januari 2016, tetapi berhenti beroperasi setelah hanya lima bulan.[1] Sebelumnya Yangon pernah memiliki layanan trem pada masa penjajahan Inggris.[2]
Sejarah
Trem uap
Pada abad ke-19 seorang pengusaha Inggris di Yangon, John Darwood, memulai usaha jasa angkutan berbasis trem uap yang mulai beroperasi pada tahun 1884. Setelah bertahun-tahun menjalankan usahanya, dia memutuskan untuk menjual izin operasi layanan trem uapnya kepada sebuah perusahaan yang berbasis di Kolkata karena dianggap tidak cukup menguntungkan baginya. Perusahaan tersebut juga mengalami hal yang sama seperti yang dihadapi Darwood dalam menjalankan bisnis trem uap di Yangon dan akhirnya dilikuidasi pada tahun 1899.[2][3]
Trem listrik
Pada tahun 1902 John Darwood kembali ke ranah angkutan trem dengan membeli konsesi pengoperasian trem listrik.[2] Namun layanan trem tersebut baru mulai beroperasi pada 15 Desember 1906 atau empat tahun setelah Darwood mendapatkan konsesi.[3] Hal itu terjadi mengingat Darwood mempertimbangkan mahalnya modal yang harus dikeluarkan karena semua armada trem dan suku cadangnya harus diimpor dari Inggris. Darwood memutuskan untuk menjual konsesi miliknya kepada sekelompok investor Inggris. Mereka kemudian mendirikan Rangoon Electric Tramway and Supply Company di Liverpool pada tahun 1905.[2]
Pada tahun 1921 layanan trem listrik di Yangon tersebut memiliki 77 armada dan jaringan sepanjang 22 km.[3] Kantor pusat Rangoon Electric Tramway and Supply Company serta pembangkit listrik untuk layanan trem berada di Kotapraja Ahlone. Jaringan trem Yangon terus berkembang hingga pertengahan tahun 1930an dan pada masa jayanya mengangkut lebih dari 40 juta penumpang per tahun.[2]
Perang Dunia II membuat layanan trem terhenti akibat serangan udara yang dilancarkan Jepang yang salah satunya menghancurkan pembangkit listrik perusahaan trem.[3] Pada tahun 1953 perusahaan trem dinasionalisasi oleh pemerintah Uni Burma sebelum dibubarkan pada tahun 1961 akibat tidak tercapainya kesepakatan terkait kompensasi bagi para pemegang saham perusahaan yang sebelumnya.[2]
Abad ke-21
Pada 10 Januari 2016, dengan bantuan pendanaan dari pemerintah Jepang, layanan trem kembali melintasi jalanan Yangon. Trayek sepanjang 4,8 km tersebut menghubungkan Dermaga Wardan dengan Linsadaung di Kotapraja Botataung. Biaya untuk pembangunan depo trem, pembangkit listrik, dan kabel listrik bertransmisi 6,6 kV beserta 139 tiang listrik penopangnya bernilai sebesar 143,13 juta kyat.[4]
Armada trem Yangon hanya satu dan merupakan trem bekas dari Hiroshima, Jepang yang sudah berusia 50 tahun. Layanan trem hanya beroperasi enam kali sehari selama jam operasinya, yakni dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00, dan ditarik tarif sebesar 100 kyat.[1][5]
Rencananya layanan trem akan diperpanjang menjadi Kyeemyindaing-Dermaga Wattan-Linsadaung (Kotapraja Botataung)-Kotapraja Pazundaung dengan panjang trayek menjadi 11,3 km.[4][6] Namun layanan trem Yangon berhenti beroperasi pada 1 Juli 2016 atau lima bulan setelah layanan diluncurkan.[7]