Unsur komunisme masih kental di bekas wilayah Uni Soviet ini. Misalnya, beberapa patung Lenin dapat terlihat berdiri tegak di sana. Kemudian kota ini dapat dicapai dengan bus dari Komrat di Gagauzia. Pada 1989, penduduk Tiraspol berjumlah sekitar 190.000 jiwa, yang terdiri dari 18% etnik Rusia, 32% Ukraina, dan 38% Rumania.
Sejarah
Pada Abad Pertengahan, Tiraspol merupakan zona penyangga bagi kaum Tartar dan etnik Moldova. Pada 1812, Kekaisaran Rusia menguasai Moldova Timur, termasuk Tiraspol, yang diberi nama Bessarabia. Pada 1847, penduduk etnik Yahudi di Tiraspol mencapai 1.406 jiwa. Angka tersebut meningkat menjadi 8.668 jiwa 50 tahun kemudian.
Kekuasaan Tiraspol jatuh ke tangan Jerman pada invasi 1941. Tiraspol kemudian berada di bawah administrasi Romania semasa pendudukan Nazi. Hampir seluruh orang Yahudi lenyap selama pendudukan itu. Tiraspol direbut kembali oleh Uni Soviet pada 1944.
Berkat pendudukan Uni Soviet di Romania semasa Perang dunia II, Bessarabia menjadi bagian dari SSR Moldavia (dahulu ASSR Moldavia). Uni Soviet kemudian menerapkan kebijakan denasionalisasi etnik Romania dengan langkah deportasi maupun meningkatkan jumlah imigrasi etnik Rusia. Walaupun sektor industri Moldova sengaja dibatasi, Tiraspol merupakan kota industri termaju di Moldova. Pada 1959, satu-satunya sinagoge di Tiraspol ditutup oleh pemerintah pusat.
Pada 27 Januari1990, hasil sebuah referendum mendeklarasikan Tiraspol dan kota tetangga Bendery sebagai wilayah merdeka. Transnitria, beribu kota di Tiraspol, resmi diproklamasikan pada 2 September 1990, meskipun kedaulatannya tidak diakui secara internasional.