Tebing curam Bandiagara
Tebing curam Bandiagara atau situs Bandiagara merupakan sebuah situs di negara Mali yang memiliki pemandangan indah berupa tebing berpasir dan dataran tinggi dengan arsitektur yang indah. Situs Bandiagara dikenal juga dengan sebutan Land of Dogons atau Tanah Dogon. Di Bandiagara terdapat beberapa objek yang indah seperti, rumah-rumah, lumbung, altar, cagar alam dan Togu Na, atau tempat-tempat pertemuan umum lainnya yang memiliki keunikan tersendiri.[1] Tebing curam Bandiagara terbentang sepanjang lebih dari 94 mil di negara Mali. Bandiagara telah dihuni oleh suatu bangsa sejak diperkirakan sejak abad ke-3 Sebelum Masehi. Saat ini, wilayah Bandiagara dihuni oleh orang-orang Dogon sehingga situs ini juga sering disebut "Land of Dogon". Bangsa Dogon telah menghuni tempat ini sejak abad ke-15. Kaum Dogon mengadopsi teknik bangunan dari para pendahulunya yakni dengan menggunakan batubata tanah dan ilalang di tebing yang digunakan sebagi perlindungan dan memanfaatkan siklus udara yang lebih sejuk.[2] DeskripsiTebing curam Bandiagara berada di wilayah tanah yang berdebu dengan suhu yang panas, tepantnya di Sahel, Mali. Situs Bandiagara memiliki keajaiban alam yang menabjubkan dengan tebing yang menjulang tinggi di udara dengan ketinggian hingga 1500 kaki. Situs ini juga memiliki keberagamaan kondisi geografis, dari mulai gurun yang panas hingga air terjun. Rumah-rumah Dogon di Bandiagara dibangun pada tebing yang curam.[3]
Beberapa desa bahkan tidak dapat terlihat seperti desa kebanyakan, hal ini terjadi karena rumah di Bandiagara membaur secara alami dengan jajaran tebing batu, yang terlihat hanyalah atap-atap rumah mereka yang menonjol terbuat dari batu berpasir tertutup oleh jerami.[3] Tebing Curam Bandiagara atau dikenal juga dengan tanah bangsa Dogon terbentang di atas tanah seluas 40.000 ha dan mencakup 289 desa yang tersebar di tiga wilayah alam yang berbeda yaitu dataran tinggi batu berpasir, tebing curam, dan daratan. Lebih dari dua per tiga luas wilayah tersebut tertutupi dataran tinggi dan tebing.[1] Sejarah dan ArkeologiBandiagara dihuni oleh orang-orang Dogon yang diperkirakan datang dari lembah Sungai Nil pada abad ke-15 Masehi. Setelah berabad-abad ditinggalkan, gua ini dihuni kembali oleh bangsa Tellem, yang merupakan kelompok kerdil Subsaharan yang tiba di sekitar tebing pada abad kesebelas. Di Bandiagara, terdapat peninggalan berupa batu yang terbelah. Batu tersebut kini digunakan oleh bangsa Dogon untuk pemakaman dan pemujaan yang sakral kepada leluhur. Bangsa Dogon sendiri tinggal di bawah permukaan batu dengan beralas tanah lumpur dan beratapkan jerami. Ada sekitar 30 desa yang terlihat di tebing.[4] Referensi
|