Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Taufik Damas, lahir 23 Januari 1974 adalah seorang ahli agama, penulis, dan tokoh Nahdatul Ulama. Ia dikenal karena menjabat sebagai Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Jakarta di Nahdlatul Ulama.[1] Ia juga menjadi pengasuh program "Artis Bertanya Kiai Menjawab" di TVNU.
Dengan posisi strategisnya, pernyataannya menjadi sering dikutip media.
Pendidikan
Taufik Damas memulai pendidikan dasarnya di SDI Assa'adah, Bidaracina, Jatinegara Jaktim dan tamat tahun 1986. Ia kemudian melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Darul Ma'arif, Cipete, Jaksel, dan tamat tahun 1989. Pendidikan menengah tingginya ia selesaikan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, tamat tahun 1997. Pendidikan tinggi ia tamatkan di Universitas Al Azhar, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Akidah dan Filsafat. dan tamat tahun 2003.
Pendidikan non formal dan organisasi
Pelatihan Kepemimpinan Berwawasan Kebangsaan, diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir bekerjasama dengan Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia (Cairo, 7-9 May 2001).
Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan, diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir bekerjasama dengan Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia (Kairo, 2002).
Pimpinan Umum TëROBOSAN, Media Mahasiswa Indonesia di Kairo (Kairo, 2000)
Ketua II PCI-NU Kairo (2000-2002)
Narasumber dalam diskusi tentang Pemikiran Islam Kotemporer di Timur Tengah yang diadakan di UIN Ciputat.
Narasumber dalam diskusi tentang Islam dan Terorisme yang diadakan di IAIN Banten.
Narasumber dalam diskusi Menyemai Toleransi di Universitas Jendral Sudirman Purwokerto
Ketua Forum Silaturahmi Bangsa (FSB)
Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU-DKI (2013—2016)
Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta
Karir
Ia sempat menjadi editor di Qisthi Press dan Pena. Setelah itu ia menjadi Direktur Penerbit Menara, Bekasi. Ia juga pernah menjabat sebagai Chief Editor di Penerbit Serambi Jakarta. Selanjutnya ia menjadi Penanggung jawab rubrik Timur tengah di wartanews.com. Ia dipercaya juga sebagai Redaktur Pelaksana di Rakyat Merdeka Online, Chied Editor di Penerbit Suara Agung. Dan kini ia menjadi Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta.
Publikasi
Ia menulis beberapa artikel dan juga menerjemahkan beberapa karya luar, antara lain:
Humanisme dalam Lagu-lagu Iwan Fals (Dimuat di Indopos)
Bencana dan Takdir (Harian Jogjakarta)
Mengapa Ada Golput (dibukukan)
Pidato Politik Calon Pemimpin (Republika)
Kearifan Nabi Yusuf (Republika)
Hakikat Bangkrut (Republika)
Kelembutan Rasulullah (Republika)
Pelajaran dari Qurays (Republika)
Puasa untuk Kebajikan Sosial (Republika)
Diam Itu Emas (Republika)
Efek Kata-Kata (Republika).
Buku Ensiklopedia Pengetahuan Al-Quran dan Hadits (7 Jilid).
Kaya terjemahan
Teladan Suci Para Ibunda Nabi (Penerbit Zaman/Serambi).
Terapi Berpikir Positif (Penerbit Zaman/Serami)
Fikih Akhlak (Qisthi Press)
Menjadi Wanita Paling Bahagia (Qisthi Press)
Indahnya Ibadah Haji (Qisthi Press).
Rahasia Terindah Haji dan Umrah (Penerbit Zaman/Serambi).
Perempuan Terpasung (Penerbit Serambi)
Fîhi Mâ Fîhi karya Jalaluddin Rumi (Penerbit Zaman/Serambi)
Kontroversi dan pernyataan
Beberapa pernyataannya dimuat media dan menjadi kontroversi di media sosial, antara lain saat ia mengomentari Ari Untung yang memprotes peniadaan ibadah haji pada tahun 2021. Ia mempertanyakan dari mana Arie Untung mendapatkan pengetahuan agamanya.[2]
Ia juga mengingatkan untuk berhati-hati terhadap bahaya buzzer di media sosial, jika semata digunakan untuk mencari uang dan mengabaikan nurani.[3] Taufik Damas juga mengingatkan supaya dakwah dilakukan dengan santun dan menghargai keberagaman, dengan meneladani Sunan Ampel.[4]