Tata cetak sebelumnya memerlukan proses perancangan fon dan menyimpannya dengan cara tertentu. Tata cetak adalah pengambilan huruf-huruf yang disimpan (disebut sort dalam sistem mekanis dan glif dalam sistem digital) dan menyusunnya sesuai ortografi suatu bahasa untuk ditampilkan secara visual.
Hampir sepanjang era cetak bertekanan, huruf cetak bergerak disusun oleh tangan untuk setiap halaman. Logam sorts membentuk kata-kata dan kalimat teks dan diikat erat supaya membentuk gambar halaman yang disebut forme. Semua muka huruf memiliki tinggi yang sama agar membentuk permukaan cetak yang seimbang. Forme dimasukkan ke mesin cetak, diberi tinta, dan salinannya dibuat di kertas.
Diagram di sebelah kanan mengilustrasikan logam sort: a muka, b badan atau shank, c ukuran poin, 1 bahu, 2nick, 3groove, 4 kaki. Sort kayu digunakan selama berabad-abad dan diipadukan dengan sort logam.
Salinan forme digunakan jika sebuah teks perlu dicetak berkali-kali sehingga bisa menekan biaya. Dalam proses yang disebut stereotiping ini, seluruh forme ditekan ke lembar matriks seperti plaster Paris atau papier mâché yang disebut flong untuk menciptakan positif. Dari positif itulah, forme stereotip disesuaikan dengan sort logam.
Kemajuan teknologi seperi mesin tik dan komputer terus menggeser teknologi tradisional ini. Namun tetap saja, komposisi manual dan pencetakan bertekanan tidak sepenuhnya ditinggalkan. Sejak tata cetak digital diperkenalkan, tata cetak tradisional dipandang sebagai sesuatu yang berseni. Di dalam pasar tata cetak, pangsanya masih sangat kecil.