Tari Taruna Jaya adalah sebuah tarian daerah yang berasal dari Kabupaten Buleleng, Bali. Di Bali sendiri tarian ini disebut tari Teruna Jaya atau Truna Jaya.[1]
Tarian ini menceritakan tentang seorang putera atau pemuda yang menginjak dewasa dengan tampilan ekspresi kuat, emosional tinggi, serta ulahnya yang energik dalam memikat hati seorang wanita. Meskipun menceritakan tentang seorang pemuda, tari Taruna Jaya termasuk tari putera keras yang biasanya ditarikan oleh seorang perempuan.[1]
Tari ini juga termasuk sebagai tari tunggal, dimana tarian ini hanya dipentaskan oleh satu orang penari saja dengan gerakan tarian yang agak keras dan penuh semangat.[2] Dalam tarian ini terdapat simbol-simbol yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh, ekspresi dan mudah dipahami oleh penikmatnya.[2] Terciptanya tarian ini diharapkan bisa menjadi tari khas Buleleng dan untuk kedepannya tarian ini dapat menjadi aset Budaya seni Bali yang bisa dijaga dan dilestarikan oleh generasi kabupaten Buleleng.
Kemudian pada bulan sepuluh tahun 2018 lalu, tari Taruna Jaya menjadi salah satu dari ratusan budaya di seluruh Indonesia yang terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2018. Selain itu, pemerintah Kabupaten Buleleng juga mengajukan tari Taruna Jaya ini bersama dengan Tradisi Nyakan Diwang sebagai warisan budaya asal Buleleng ke UNESCO.[3] Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga budaya lokal Buleleng dan Indonesia dari pengakuan atau klaim negara lain.
Tari Taruna Jaya ini diciptakan tahun 1915 oleh Pan Wandres dalam bentuk Kebyar Legong dan kemudian disempurnakan oleh I Gede Manik, seorang seniman legendaris di Bali. Tari ini hanya bisa dinikmati pada acara-acara tertentu.[2]
Referensi
Pranala luar