Cikeruhan yaitu tari tradisional dari daerah Tjikeroeh, Cikeruh, Jatinangor, Sumedang[1] Tariannya mengambil gerakan dari binatang dan perilaku manusia.[1]
Sejarah
Cikeruhan merupakan seni tari pergaulan yang umurnya sudah tua sekali. Awalnya lahir dari tradisi menanam padi sebagai wujud rasa syukur ke Dewi Sri Pohaci pada abad ke-18. Di waktu itu, orang-orang berjalan kaki mengangkat padi ke lumbung sambil menari serta menyuarakan peralatan bertaninya. Di waktu menari itu, satu orang pejabat Belanda yang bekerja di perkebunan menghentikan kegiatan mereka. Bukan karena tidak menyukainya, tapi dia malah meminta izin untuk ikut menari.[1]
Selanjutnya, pejabat Belanda yang bekerja di kompleks perkebunan karet dan teh di Jatiangor itu, sering mengundang pemusik dan penyanyi serta ronggeng untuk menampilkan Cikeruhan di komplek perkebunan teh dan karet di Jatinangor.[2]
Selain itu, ada juga pendapat bahwa Cikeruhan berasal dari nama lagu pakidulan Bandung, yaitu Cikeruhan.
Cikeruhan berupa tari yang susunannya tersusun dari gerakan pencak silat, diiringi oleh ketuk tilu yang dibawakan dengan keindahan koreografi dan ekspresi dari penari lelaki dan wanita. Cikeruhan menggambarkan rekaman zaman dahulu dari jawara yang kebiasaannya bersenang-senang dan pamer kekuatan dalam acara kesenian setelah panen. Oleh karena itu, tidak aneh kalau Cikeruhan begitu kental dengan unsur pencak silatnya.[3]
Rujukan
- ^ a b c Munajar, Nanu.1995.Deskripsi Sajian Tari Cikeruhan.Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Akademi Seni Tari Indonesia.
- ^ Caturwati, Endang.2007.Tari di Tatar Sunda.Bandung: Sunan Ambu Press
- ^ Spiller, Henry.2010.Erotic Triangles: Sundanese Dance and Masculinity in West Java.Chicago: University of Chicago Press.