Suzuri-bako ("kotak tulis") adalah sebuah kotak tulis dari Jepang. Kotak-kotak suzuri-bako biasanya terbuat dari kayu yang dipahat. Kotak-kotak ini berguna sebagai kotak penyimpanan alat-alat tulis untuk membuat kaligrafi Jepang.[1] Dalam sejarah, kotak-kotak tersebut dihiasi dengan kaligrafi Jepang, dan karena itu kotak-kotak ini biasa dibuat dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi yang didesain untuk melindungi terutama batu tinta porselen suzuri agar tidak cepat rusak.[2]
Sejarah
Suzuri-bako pertama dikembangkan di Jepang abad ke-9.[2] Pada saat itu, kaligrafi Jepang merupakan bagian yang penting dari masyarakat Jepang. Agar seorang penulis dapat menghasilkan naskah kaligrafi berkualitas tinggi, penulis tersebut membutuhkan satu set alat tulis berkualitas tinggi yang dapat dibawa oleh pemiliknya. Salah satu alat tulis paling penting adalah batu tinta, yang dibutuhkan untuk mempertahankan tinta yang dihasilkan dan untuk memindahkan tinta tersebut kepada kuas si penulis.[2] Tongkat tinta, penetes air, dan pisau kecil adalah alat-alat tulis lainnya yang dibutuhkan oleh penulis kaligrafi. Suzuri-bako dirancang untuk memastikan bahwa berbagai perangkat tulis tersebut yang dibutuhkan oleh penulis dapat diatur dalam sebuah kotak dengan rapi dan terlindungi dengan benar.[1] Dikarenakan sifat kayu pernis yang tidak mudah laaurt dengan bahan-bahan lain, isi kotak tulis suzuri-bako terjamin bebas dari kelembaban.[3] Kotak suzuri-bako bisa berbentuk persegi panjang atau berbentuk segi empat sama sisi. Di dalam kotak suzuri bako ini terdapat berbagai macam laci kecil dan pemegang untuk berbagai perangkat tulis menulis. Penempatan laci-laci dan pemegang ini berbeda-beda dari periode ke periode.[2] Kotak suzuri-bako pada masa-masa awal pembuatan suzuri-bako biasanya berukuran cukup besar untuk mengakomodasi semua perangkat tulis menulis si penulis, dan juga kertasnya. Pada kotak suzuri-bako masa berikutnya, kotak-kotak tersebut biasanya berukuran kecil dan hanya dapat menyimpan perangkat tulis-menulisnya. Tipa suzuri-bako kedua, kotak ryōshibako, digunakan pada periode selanjutnya untuk menyimpan dokumen-dokumen yang sudah selesai ditulis.[2]
Suzuri-bako terus berevolusi menjadi semakin kompleks seiring kemajuan Jepang melalui beberapa periode. Sementara kotak periode awal sering dihiasi dengan pernis merah solid, kotak yang lebih modern didekorasi dengan berbagai cara.[2] Dari periode Muromachi dan seterusnya, banyak kotak tulis telah dihias dengan gambar dari karya sastra besar Jepang. Kuil Kōdaiji di Kyoto dikaitkan dengan gaya dekorasi Suzuri-bako yang menampilkan pola asimetris dan rumput musim gugur. Dari segi pernis, hitam, coklat, dan emas adalah warna yang paling umum terlihat di Suzuri-bako yang lebih modern. Selama periode Edo banyak maskawin termasuk Suzuri-bako. Kemajuan dalam proses teknologi dan manufaktur selama periode Mejii menghasilkan pengembangan sejumlah bentuk dan ukuran kotak baru. Kerajinan suzuri-bako semakin menurun seiring dengan inovasi cetak mesin, walaupun demikian kotak suzuri-bako masih terus diproduksi namun dalam skalayang lebih kecil.[2]
Galeri
Suzuri-bako dari awal abad ke-20 dipasangkan dengan alat tulis menulis.