Suyat adalah aktivis era reformasi 1998 yang diculik pada tanggal 12 Februari 1998 dan hingga kini hilang. Ia merupakan aktivis PRD dan SMID. Hilangnya Suyat membuat harapan memperbaiki keluarga, sebagai anak satu-satunya yang hampir lulus kuliah di Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta, tidak pernah terjadi. Kini kedua orangtuanya hanya bisa berjualan tauge di pasar. [1]
Aktivisme
Setelah sebelumnya sering manjadi barisan pelopor di berbagai demonstrasi, ia kemudian mulai melakukan aksi secara mencolok dalam aski melompati pagar Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, pada tanggal 7 Desember 1995, guna menuntut referendum untuk Timor Leste. Aksi tersebut dibubarkan oleh aparat dan pesertanya dipukuli oleh aparat dan preman. Beberapa hari kemudian ia ikut lagi dalam aksi pemogokan buruh PT Sritex, dan kembali dipukuli. Tanggal 8 Juli 1996, Suyat menjadi barisan pelopor aksi pemogokan 10 pabrik di Surabaya. Ia sempat vakum sebentar, sebelum akhirnya aktif kembali sebagai pengurus KNPD dan terlibat dalam aksi pencalonan Mega-Bintang sebagai calon pengganti Soeharto pada Pemilu 1997. [2]
Kronologi penculikan
Tanggal 11 Februari 1998, malam hari, rumah keluarganya didatangi sepuluh aparat berpakaian preman. Setelah seluruh kamar diperiksa dan gagal menemukan Suyat, mereka mengambil paksa Suyatno, kakak kedua Suyat dengan mata tertutup. Ia kemudian diinterogasi dengan cara dipukul di ulu hati. Setelah Suyat ditemukan di Desa Sumber, Suyatno diturunkan di Desa Karang Rejo. Setelah itu tak ada sama sekali kabar keberadaan Suyat. [1]
Kehidupan personal
Ia anak dari pasangan Tamiyem dan Paimin. Ia memiliki beberapa kakak, salah satunya bernama Suyatno dan Suyadi yang menjadi saksi pencarian Suyat oleh aparat.
Referensi