Sutra teratai (bahasa Burma: ပိုးကြာချည် atau bahasa Burma: ကြာချည်, terj. har.'benang teratai') adalah jenis tekstil yang diproduksi menggunakan serat batang teratai yang halus. Kain ini pertama kali berasal dari Myanmar, dan sekarang juga ditenun oleh industri rumahan skala kecil di Vietnam.[1][2] Karena kerumitan dan sifat padat karya dari menenun serat teratai, sutra teratai dianggap sebagai salah satu kain paling mahal di dunia.[1][3]
Tenun sutra teratai berasal dari Danau Inle di Negara Bagian Shan, Myanmar. Tenun teratai ditemukan oleh seorang wanita etnis Intha bernama Sa Oo di desa Kyaingkhan pada awal 1900-an.[4][5] Dia pertama kali menenun jubah biara Buddha menggunakan serat teratai, yang disebut kya thingan (ကြာသင်္ကန်း), sebagai persembahan kepada kepala vihara setempat, dan mempersembahkan jubah monastik yang serupa kepada patung Buddha utama di Pagoda Phaung Taw Oo.[4] Tradisi menenun jubah memiliki sejarah panjang di Myanmar; selama festival Tazaungdaing, kompetisi menenun jubah diadakan di seluruh pagoda utama Burma.
Praktik menenun punah setelah kematiannya, dan kemudian dihidupkan kembali oleh kerabatnya, Tun Yee dan Ohn Kyi, yang memulai koperasi untuk memodernisasi dan mensistematisasikan praktik menenun.[4]
Pada tahun 2017, Phan Thi Thuan, seorang penenun di dekat Hanoi, memperkenalkan praktik menenun ke Vietnam.[2]
Penggunaan
Sutra teratai pertama kali digunakan untuk menenun jubah biara sebagai persembahan kepada patung Buddha atau biksu Buddha, tetapi sekarang juga digunakan untuk berbagai jenis pakaian, termasuk syal dan topi.[4]Loro Piana, sebuah perusahaan pakaian mewah, telah mengimpor sutra lotus Myanmar untuk memproduksi jaket dan produk pakaian lainnya sejak 2010.[6]