Suluk Gatholoco
Suluk Gatholoco (bahasa Jawa: ꦱꦸꦭꦸꦏ꧀ꦒꦛꦺꦴꦭꦺꦴꦕꦺꦴ) adalah suluk mistisisme Jawa yang diperkirakan berasal dari awal abad ke-19, berbahasa Jawa Baru. Sejak pertama kali dikaji oleh orang Belanda, suluk ini sudah mengejutkan karena gaya penulisannya yang sangat terbuka dan di beberapa bagian vulgar, jauh berbeda dengan karya-karya semasanya.[1] Sebagai karya sastra tampaknya suluk ini dibuat sebagai "serangan balik" dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan aplikasi aturan-aturan fiqh yang ketat, yang dicoba diterapkan pada masa itu. Oleh kalangan Islam revivalis Indonesia masa kini, kitab ini sering kali digunakan sebagai contoh gerakan menentang penerapan fiqh.[2] Gatoloco merupakan nama tokoh utama dalam kitab ini, yang digambarkan sebagai orang yang berpenampilan buruk, berbau busuk, bermulut kotor, penghisap candu, pembantah, filosofis, dan berpikiran seksual.[3] Ia ditemani oleh bujangnya yang bernama Darmogandul.[4] Adanya tokoh Darmogandul ini menimbulkan spekulasi keterkaitan antara suluk ini dengan Serat Darmagandhul, kitab yang juga kritis terhadap penyebaran Islam di Jawa. Arti kata gatholoco dalam bahasa Jawa (gatho: barang tersembunyi, loco: mengocok, mengelus) sudah berasosiasi ke penis karena memang dimaksudkan sebagai simbol seksual kelelakian. Penggunaan lainTerdapat aliran kebatinan yang menggunakan nama Gatholoco. Nama gatholoco juga digunakan sebagai nama kesenian rakyat daerah Kedu.[5] Nama itu dipakai sebagai singkatan dari "digathuk-gathuke dadine lucu", memanfaatkan kepopuleran nama Gatholoco yang dipakai sebagai judul suluk populer ini. Kesenian ini tidak ada hubungan dengan suluk, kecuali kesamaan nama. Lihat pulaCatatan kaki
Pranala luar
|