Suku Semai (juga dikenal sebagai Mai Semai atau Orang Dalam[2]) adalah kelompok etnis semi-menetap yang tinggal di tengah Semenanjung Malaka di Malaysia, yang dikenal terutama karena budaya antikekerasan mereka.[3] Mereka menuturkan bahasa Semai, sebuah bahasa Austroasiatik yang terkait erat dengan bahasa Temiar, yang dituturkan oleh suku Temiar yang tinggal di dekatnya. Suku Semai berbatasan dengan suku Temiar di utara dan Jah Hut di selatan.[4] Suku Semai termasuk dalam kelompok Senoi, dan merupakan salah satu kelompok etnis pribumi terbesar di Semenanjung dan yang terbesar dari kelompok Senoi. Suku Semai sebagian besar hidup dengan bercocok tanam biji-bijian, berburu, dan memancing.
Populasi
Dinamika kependudukan suku Semai di Malaysia:
Tahun
|
1960[5]
|
1965[5]
|
1969[5]
|
1974[5]
|
1980[5]
|
1991[6]
|
1993[6]
|
1996[5]
|
2000[7]
|
2003[7]
|
2004[8]
|
2010[1]
|
Populasi
|
11.609
|
12.748
|
15.506
|
16.497
|
17.789
|
28.627
|
26.049
|
26.049
|
34.284
|
43.892
|
43.927
|
49.697
|
Di semua kelompok umur, populasi pria cenderung melebihi populasi wanita, yang mungkin karena tingginya angka kematian ibu melahirkan.[9]
Referensi
Bacaan lebih lanjut
- Orang Asli Archive, Keene State College .
- Dentan, Robert Knox, 1968, The Semai: A Nonviolent People of Malaya, Holt, Rinehart and Winston, ISBN 0-03-069535-X; repr. 1979 as Fieldwork Edition, Case Studies in Cultural Anthropology, New York, Holt, Rinehart and Winston.
- De Waal, Frans, 2005, Our Inner Ape: A Leading Primatologist Explains Why We Are Who We Are, Riverhead Books.
- Bonta, Bruce D. 1997. "Cooperation and Competition in Peaceful Societies." Psychological Bulletin 121(2):299-320.
Pranala luar