Ogoni adalah salah satu penduduk asli di Nigeria tenggara. Jumlah mereka tercatat sebesar 1,5 juta jiwa dan mereka tinggal di wilayah seluas 1,050 km yang mereka sebut Ogoni atau Ogoniland. Ogoni menjadi terkenal setelah dilancarkannya demonstrasi besar-besaran melawan Shell Oil yang dipimpin oleh Pergerakan untuk Keberlangsungan Suku Ogoni. Hal ini disebabkan oleh pelanggaran hak asasi manusia yang mereka hadapi selama bertahun-tahun. Pada tahun 1956, empat tahun sebelum kemerdekaan Nigeria, Royal Dutch/Shell yang bekerja sama dengan pemerintah Britania menemukan ladang minyak di delta sungai Niger dan memulai produksi minyak pada tahun 1958. Dalam waktu lima belas tahun dari tahun 1976 hingga 1991, dilaporkan terjadi 2.976 kebocoran minyak di Ogoniland yang bila diakumulasikan berjumlah 2,1 juta barrel; kebocoran ini merupakan 40% kebocoran Royal Dutch/Shell di seluruh dunia.[1] Akibatnya, tanah alluvial di delta sungai Niger tidak lagi dapat digunakan untuk agrikultur. Selain itu, di wilayah yang seolah tak terpengaruh, air tanah mengandung kadar hidrokarbon yang tinggi atau terkontaminasi oleh benzen.[2] Diperkirakan perlu waktu sebanyak 30 tahun untuk merehabilitasi Ogoniland seperti semula.
Suku Ogoni menuturkan bahasa-bahasa Khana, Gokana, Tae (Tẹẹ), Eleme, dan Ban Ogoi,[3] part yang merupakan bagian dari keanekaragaman bahasa di delta sungai Niger. Menurut tradisi lisan mereka, suku Ogoni bermigrasi dari Ghana ke pesisir Samudra Atlantik sebelum akhirnya mencapai delta timur sungai Niger. Perhitungan linguistik memperkirakan bahwa suku Ogoni sudah ada di delta sungai Niger sebelum tahun 15 SM, menjadikan mereka salah satu pemukim tertua di wilayah delta Niger timur. Perhitungan radiokarbon yang diambil di sekitar Ogoniland dan tradisi lisan komunitas lain mendukung klaim ini.[4] Suku Ogonoi pada umumnya bekerja dalam bidang agrikultur, penggembalaan, dan perikanan.
Catatan kaki