Suku Mường atau Muong (bahasa Vietnam: {{{1}}}) adalah sebuah suku asli di Vietnam dengan populasi sekitar 1,3 juta jiwa dan merupakan kelompok suku terbesar ketiga di Vietnam. Mereka umumnya bertempat tinggal di bagian Utara Vietnam khususnya di Provinsi Hòa Bình dan di kawasan pegunungan Provinsi Thanh Hóa.[2] Dan suku terdekat mereka adalah Suku Kinh yang ada di Vietnam.[2] Pengertian "Muong" sendiri adalah "komunitas" dari bahasa Thailand.
Wilayah Penyebaran
Tempat permukiman suku Muong berkonsentrasi di wilayah Vietnam Utara yakni daerah pegunungan Hoa Binh dan Provinsi Thanh Hoa. Disekitar kota Hoa Binh, terdapat komunitas suku Muong yang cukup banyak, mereka ada di Muonguang, Muongbi, Muongthang dan Muongdong.
Suku Muong yang menganut Patrilineal sehingga hanya laki-laki yang akan mendapatkan warisan, khususnya tanah dan berbagai properti keluarga.[3] Suku Muong juga dahulunya mengenal 2 kasta, yakni kaum bangsawan dan kaum petani. Namun, lambat laun, proses kepemilikan tanah oleh kaum bangsawan, termasuk perangkat desa, kepala desa, membagikan tanah kepada warga lain.[3]
Bahasa
Orang Muong memakai bahasa sendiri yakni bahasa Muong, cabang Vietic Mon-Khmer, bahasa yang cukup dekat dengan bahasa Vietnam. Bahasa Muong masih tergolong sebagai bahasa bahasa Austroasiatik.[3] Saat ini, mereka juga sudah cukup familiar dengan bahasa Vietnam, dan juga bahasa Tiongkok.
Agama
Mayoritas orang Muong memeluk agama Animisme, yang masih percaya pada kekuatan-kekuatan arwah orang meninggal, sehingga menyembah arwah leluhur, yang pada umumnya masih banyak dipraktikkan di Vietnam. Ada pula sebagian yang sudah memeluk agama Kristen (khususnya Katolik) dan banyak pula yang tidak beragama.[4]
Pekerjaan
Pekerjaan utama orang Muong adalah sebagai petani dan peternak. Permukiman mereka yang dekat dengan perbukitan dan sungai, membuat mereka lihai dalam bercocok tanam.[2] Tanaman padi banyak dijumpai di kawasan pegunungan Vietnam Utara, jenis padi basah dan padi kering tersusun rapi diperbukitan, yang menandakan mereka sangat menguasai pekerjaan ini.[3]
Selain menanam padi, mereka juga membudidayakan madu, mengambil rotan (dijadikan sebagai bahan untuk membuat kerajinan tangan berbahan rotan).[2] Selain bercocok tanam, banyak pula diantara mereka yang beternak babi, sapi, kerbau dan ayam.[3]
Rumah mereka banyak berbentuk panggung. Tujuan perumahan yang berbentuk panggung sebagai upaya pencegahan agar terhindar dari binatang, seperti ular, babi liar, dan sebagainya, dan hasil panen dapat terjaga lebih baik dengan posisi diatas.[2]