Stichting Opbouw-Pembangoenan
TujuanPembangoenan bertujuan untuk menyebarkan literatur berbahasa Belanda dan Indonesia di Hindia Belanda. Pembangoenan menerbitkan buku-buku pelajaran yang diterjemahkan dari bahasa Belanda dan Inggris di bidang kedokteran, hukum, sosiologi dan filosofi dan karya-karya penulis muda yang biasanya berorientasi pada sastra Indonesia seperti Pramoedya Ananta Toer dan Chairil Anwar. Mereka juga menerbitkan majalah-majalah informatif dan sastra. Yayasan ini tidak bertujuan untuk meraih laba. Penghasilannya adalah untuk proyek-proyek pengajaran dan pendidikan. SejarahYayasan didirikan oleh oleh H.M. van Randwijk dan C. de Koning, masing-masing pemimpin redaksi dan direktur Vrij Nederland. Anggota pengurus pertama terdiri dari Jaksa Agung Prof. K.J.L. Enthoven, Dr. P.J. Koets, direktur kabinet Perwakilan Tinggi Mahkota, M. de Niet Gzn., Konsul misi atas nama Masyarakat Alkitab Belanda, Mohammed Natsir, pemimpin partai Masyumi dan perdana menteri dalam kabinet Soekarno 1950/51, prof. Sudiman Kartahadiprodjo dan Mr. Soewandi. Direktur adalah Amir Sidi dan Wakil Direktur Klaas Jan Bas. Setelah itu Dr. Soedjatmoko menjadi direktur. Setelah Perang Dunia Kedua Hindia Belanda tidak mempunyai infrastruktur lagi untuk penyebaran informasi. Hanya ada penerbit pemerintah Balai Poestaka. Vrij Nederland mengisi kekosongan ini dengan toko buku swasta dan penerbit di bawah yayasan yang bernama Opbouw, tidak lama kemudian diganti menjadi Opbouw-Pembangoenan. Setelah serah terima kekuasaan (27 Desember 1949) hanya nama Pembangunan (P.T. Pembangunan dan Jajasan Pembangunan) digunakan dan orang-orang Belanda yang menjadi pengurus pergi dari Indonesia. Perbedaan wawasan juga menyebabkan perpecahan dengan Vrij Nederland tahun itu. Vrij Nederland mendirikan penerbit NV De Brug-Djambatan di Belanda dan mau memusatkan kegiatan penerbitan di Belanda. Pengurus yayasan dan direksi tidak sependapat. Kereta buku[1]Awalnya yayasan memiliki toko buku dan penerbitan di Gunung Sahari 84 Jakarta. Menjelang negosiasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, sebuah toko dibuka di Yogyakarta (Tugu Kidul 23), saat itu Yogyakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia. Pada 1951 dibukalah cabang di Solo dan diresmikanlah Kereta Boekoe Pembangoenan, yang selama sepuluh bulan berjalan melalui pantai Utara Jawa lewat Cirebon, Tegal, Semarang, Surabaya dan Jember menuju Banyuwangi dan melalui pantai Selatan lewat Malang, Blitar, Solo, Yogyakarta dan Bandung dan kembali ke Jakarta. Maka disewalah dua gerbong, yang satunya dijadikan toko dan yang satu lagi dilengkapi dengan dua tempat tidur dan kamar mandi. Ada agregat sendiri untuk lampu dan ventilasi. Kereta berhenti di tiap stasiun beberapa hari sampai satu minggu dan di malam hari ada pertunjungan film: umumnya film penyuluhan dan edukasi. Kereta ini berjalan sampai direktur Bas meninggalkan Indonesia pada 1954. Pada 26 Mei 1954 dibuka cabang satu lagi di Jakarta (Djalan Segara III 16) Seleksi publikasiMajalah
Berbahasa IndonesiaLiteratur
Populer Ilmiyah
Literatur terjemahan
Populer ilmiyah
Bahasa Belanda
Catatan kaki |