Srinthil adalah jenis tembakau berkualitas paling tinggi yang tumbuh di kawasan lereng Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan Gunung Perahu. Ciri umum dari jenis ini dapat ditengarai dari aromanya yang khas, harum mirip aroma buah salak. Untuk mendapatkan kualitas maksimal, srinthil harus tumbuh dengan cuaca yang bagus, utamanya jika kemarau panjang. Tembakau srintil dihasilkan dari daun paling atas pada tanaman tembakau. Biasanya dipetik paling akhir. Sewaktu masih di pohon, tak ada yang bisa mengetahui lembaran daun itu akan menjadi srintil atau bukan. Petani baru mengetahui telah memanen srintil setelah daun tembakau yang dikeram seperti membusuk, mengeluarkan cairan yang menyebarkan aroma harum. Dari sekitar 400 hektare ladang tembakau biasanya dapat dihasilkan 300 keranjang tembakau srintil. Setiap keranjang rata-rata berisi 40 kilogram. Di wilayah Kabupaten Temanggung sebagai pusatnya budidaya tembakau, harga srintil bisa sangat tinggi. pada tahun 2011 harga srintil berkisar antara Rp 150.000 s/d Rp 1.500.000.,- per kilogram. Jadi, petani setempat akan serasa mendapatkan berkah bila tanaman srinthil mereka dapat dipanen. Pengaruhnya adalah daya beli masyarakat yang meningkat. Untuk membeli sebuah sepeda motor baru saja, mereka cukup menjual satu keranjang srinthil. Atau jika ingin memiliki mobil minibus, maka petani cukup menjual delapan keranjang srintil.[1][2][3]
Lihat pula
Referensi