Solidus (kata bahasa Latin yang berarti padat atau solid) adalah koinemas yang dikeluarkan pada era akhir Kekaisaran Romawi, dengan berat rata-rata setara 4,5 gram. Koin ini diperkenalkan pada 312 Masehi oleh Kaisar Konstantinus I sebagai pengganti mata uang emas sebelumnya, Aureus.
Mata uang logam Romawi dan Bizantin
Solidus (jamak solidi) yang diperkenalkan oleh Konstantinus I pada 312 Masehi, secara permanen menggantikan aureus sebagai koin emas Kekaisaran Romawi. Satu keping solidus ditempa dari emas murni seberat 1/72 pon Romawi (1 pon Romawi kira-kira setara dengan 328,9 gram). Masing-masing koin berbobot 24 karat Yunani-Romawi,[1] atau sekitar 4,5 gram emas. Pada masa itu sekeping solidus setara dengan 275.000 denarii (tunggal denarius) yang semakin merosot nilainya.
Berat, bentuk, dan kemurnian solidus tidak berubah sampai abad ke-10. Pada abad ke-6 dan ke-7, bersama dengan solidus yang baku ditempa pula tiruannya yang lebih ringan yakni 20, 22 atau 23 siliquae (satu siliqua sama dengan 1/24 solidus), mungkin untuk maksud-maksud dagang atau pembayaran upeti. Banyak koin semacam ini ini telah ditemukan di Eropa, Russia dan Georgia. Solidi ringan ini dapat dikenali dari tanda-tanda tertentu pada permukaan koin, biasanya dari cetakan di balik koin-koin 20 dan 22 siliquae, dan dari bintang-bintng pada permukaan koin 23 siliquae.
Dalam teori solidus semestinya ditempa dari emas murni, namun karena keterbatasan teknik-teknik pemurnian, kenyataannya kadar kemurnian solidus hanya sekitar 23 karat. Di kawasan-kawasan dunia berpenutur bahasa Yunani pada era perekonomian Romawi dan kemudian Bizantin, solidus dikenal dengan sebutan nomisma (jamak nomismata).[1] Pada abad ke-10 KaisarNikephorus II Phokas (963-969) memperkenalkan koin baru yang lebih ringan, tetarteron nomisma, yang beredar bersama solidus. Sejak itu solidus (nomisma) dikenal sebagai histamenon nomisma di kawasan-kawasan dunia berpenutur bahasa Yunani. Mula-mula sulit untuk membedakan tetarteron nomisma dari histamenon nomisma karena kedua koin memiliki disain, bentuk, dan kadar kemurnian yang sama, dan tidak tertera nilai uang untuk membedakan denominasinya. Satu-satunya pembeda adalah beratnya. Tetarteron nomisma lebih ringan, yakni sekitar 4,05 gram, dan histamenon nomisma tetap mempertahankan berat awal 4,5 gram. Untuk menghindari kekeliruan, sejak masa pemerintahan Basil II (975-1025) solidus (histamenon nomisma) ditempa menjadi koin yang lebih tipis dengan diameter yang lebih besar, tetapi dengan berat dan kadar kemurnian yang sama seperti sebelumnya. Mulai pertengahan abad ke-11 histamenon nomisma yang berdiameter besar ditempa pada kepingan cekung, sementara tetarteron nomisma yang lebih kecil terus ditempa pada kepingan yang lebih kecil dan rata.
Solidus pertama kali diperkenalkan oleh Kaisar Diokletianus pada tahun 301.[1] Namun, karena kuantitasnya rendah, pengaruh ekonominya pun kecil. Koin jenis ini lalu diperkenalkan kembali oleh Kaisar Konstantinus I pada tahun 312 untuk menggantikan aureus.
Massa dan kemurniannya tidak berubah hingga abad ke-10.[2] Kapanpun koin ini dibawa ke perbendaharaan, koin ini dicairkan dan lalu dibuat lagi. Sistem ini berhasil menjaga kesetaraan massa solidi yang beredar.[2]
Meskipun pedagang dilarang menggunakan solidi di luar Romawi Timur, koin ini pada akhirnya didagangkan di luar kekaisaran hingga menyebar di negara-negara Arab.[2]
Selama abad ke-7, tiruan Arab dari solidi, — dinar dicetak oleh khalifah Abd al-Malik ibn Marwan, yang menguasai akses ke pasokan emas dari kawasan hulu Sungai Nil — mulai beredar di daerah-daerah di luar Kekaisaran Bizantin. Dibanding solidus berat dinar hanya 20 karat (4,0 gram), tetapi menyamai berat 20 siliquae solidi yang beredar di kawasan-kawasan itu. Pada masa itu kedua koin beredar bersamaan di kawasan-kawasan tersebut.[1]
Kata serdadu atau soldadu yang diserap dari bahasa Portugis soldado berakar dari perkataan solidus, mengacu pada solidi yang menjadi upah para serdadu.[2]