Sistem nilai tukar tetap adalah suatu sistem nilai tukar dimana nilai suatu mata uang yang
dipertahankan pada tingkat tertentu terhadap mata uang asing. Dan bila tingkat nilai tukar tersebut bergerak terlalu besar maka pemerintah melakukan
intervensi untuk mengembalikannya.[1]
Sejarah
Sistem nilai tukar diawali setelah munculnya sistem moneter internasional modern pada abad ke-19, beberapa negara menggunakan sistem nilai tukar tetap mengacu pada standar emas.
Pada tahun 1944 negara-negara di dunia mulai menggunakan sistem nilai tukar tetap Bretton Woods namun pada awal tahun 1970-an kepercayaan masyarakat terhadap sistem Bretton Woods semakin berkurang dan pada akhirnya setiap negara diberikan kebebasan menentukan sistem nilai tukar yang digunakan.[2]
Kelemahan
Sistem nilai tukar tetap membatasi kemampuan bank sentral untuk menyesuaikan suku bunga sesuai kebutuhan pertumbuhan ekonomi. Sistem suku bunga tetap juga mencegah penyesuaian pasar ketika suatu mata uang menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pengelolaan sistem suku bunga tetap yang efektif juga memerlukan sejumlah besar cadangan untuk mendukung mata uang ketika berada di bawah tekanan.
Nilai tukar resmi yang tidak realistis juga dapat menyebabkan perkembangan nilai tukar paralel, tidak resmi, atau ganda. Kesenjangan yang besar antara nilai tukar resmi dan tidak resmi dapat mengalihkan mata uang keras dari bank sentral, yang dapat menyebabkan kekurangan valas dan devaluasi besar secara berkala. Hal ini dapat lebih mengganggu perekonomian dibandingkan dengan penyesuaian berkala dari rezim nilai tukar mengambang.[3]
Referensi