Sinto Gendeng
Sinto Gendeng alias Sinto Gila adalah karakter fiksi ciptaan Bastian Tito yang muncul di serial novel Wiro Sableng. Di ceritakan, Sinto Gendeng yang bernama asli Sinto Weni adalah tokoh silat golongan putih yang mempunyai ilmu sangat tinggi. Sinto Weni terkenal akan sifatnya yang aneh dan seperti orang tidak waras sehingga orang-orang jadi menjulukinya dengan nama Sinto Gendeng. Dia adalah guru utama dari pendekar muda Wiro Sableng. Dia juga yang mewariskan Kapak Naga Geni 212 kepada Wiro Sableng. Diluar itu Wallahu alam, yang penting semuanya ada masalah damai-damai saja dengan baik dan benar dan semuanya yang positif-positif saja serta baik-baik saja. Riwayat hidupMasa mudaSemasa muda nya, Sinto menjadi salah satu murid Kiai Gede Tapa Pamungkas dan menjalani hubungan asmara dengan saudara seperguruannya, yaitu Sukat Tandika. Sinto Weni dan Sukat Tandika mewarisi banyak kesaktian luar biasa dari guru mereka, termasuk di antaranya jurus dahsyat Pukulan Sinar Matahari. Setelah mereka selesai berguru dan diberi ijin untuk turun gunung, Kiai Gede Tapa Pamungkas mewariskan dua buah pusaka kepada mereka. Kedua pusaka itu adalah Kapak Naga Geni 212 yang berwujud asli seekor Naga jantan, dan Pedang Naga Suci 212 yang berwujud asli Naga betina. Kapak Naga Geni adalah pusaka yang sejatinya untuk di wariskan kepada pendekar laki-laki, dan sebaliknya Pedang Naga Suci adalah pusaka yang harus di wariskan kepada pendekar wanita yang masih suci. Kiai Gede Tapa Pamungkas awalnya berencana untuk memberikan Pedang Naga Suci kepada Sinto Weni dan Kapak Naga Geni kepada Sukat Tandika sesuai jenis kelamin mereka, tapi sebuah pertikaian membuat Sinto mencurangi Sukat Tandika dan melarikan dua senjata itu. Sinto kemudian menyembunyikan Pedang Naga Suci di dasar telaga Gajah Mungkur, sementara Kapak Naga Geni di bawa berpetualang. Menjadi guru Wiro SablengPada saat Mahesa Birawa membakar rumah pasangan Ranaweleng dan Suci Bantari di novel Empat Brewok dari Goa Sanggreng, Sinto Weni menerobos ke dalam rumah yang terbakar dan menyelamatkan bayi mereka. Sinto kemudian membesarkan anak itu dan memberinya nama Wiro Saksana. Sinto juga mengajari Wiro banyak ilmu bela diri untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya yang mati di bunuh oleh Mahesa Birawa. Wiro ini yang akhirnya mewarisi pusaka Kapak Naga Geni dan mendapat julukan Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Murid-muridAda empat orang yang pernah menjadi murid dari Sinto Gendeng Mahesa BirawaMahesa Birawa yang bernama asli Suronyali adalah murid pertama dari Sinto Gendeng. Dia dirawat oleh Sinto sejak berumur dua tahun, sejak itu juga dia di angkat murid oleh Sinto. Setelah turun gunung, Suronyali ternyata malah menjadi orang jahat dan bergabung dengan golongan hitam lalu mengubah namanya menjadi Mahesa Birawa. Wiro SablengWiro Sableng yang bernama asli Wiro Saksana adalah murid kedua dari Sinto Gendeng. Saat Mahesa Birawa membakar rumah dan membunuh orang tua Wiro, Sinto menyelamatkan bayi Wiro dan menjadikannya murid untuk menghapus kesalahan yang dia lakukan karena telah salah mendidik Mahesa Birawa sampai muridnya itu menjadi pendekar yang jahat. Wiro adalah murid pertama Sinto yang di ajarkan jurus Pukulan Sinar Matahari dan murid satu-satunya yang di wariskan pusaka Kapak Naga Geni 212. Boma GendenkBoma Gendenk yang bernama asli Boma Tri Sumitro adalah murid ketiga dari Sinto Gendeng. Dia berasal dari zaman yang berbeda dari zaman di mana Wiro Sableng dan Sinto Gendeng hidup. Boma hidup pada tahun 2000 dan merupakan murid di SMA Nusantara III. Arwah Sinto Gendeng menyelamatkannya dari bahaya saat dia mendaki Gunung Gede. Saat itu juga Sinto memberikan tenaga dalam kepadanya. Saat Boma di keroyok oleh Fred si preman brewok dan empat temannya, Sinto Gendeng kembali muncul dan menyelamatkan Boma. Setelah itu Sinto menjadikan Boma sebagai muridnya. Kisah Boma ini di ceritakan lewat serial novel Boma Gendenk karya Bastian Tito. Boma WanarejaBoma Wanareja adalah bocah berumur sepuluh tahun yang di angkat murid oleh Kiai Gede Tapa Pamungkas. Selama lima tahun, Boma Wanareja berguru kepada Kiai Gede Tapa Pamungkas di gunung Bismo. Setelah di beri bekal tenaga dalam dan hawa sakti, Kiai Gede Tapa Pamungkas mengutus Boma untuk menemui Sinto Gendeng di Gunung Gede dan berguru kepadanya. Sayangnya, Boma Wanareja ternyata datang di saat yang tidak tepat. Di Gunung Gede, Boma melihat sesosok mayat yang tertusuk golok. Saat Boma menghampiri mayat itu dan mencabut goloknya, Sinto Gendeng datang dan menuduh Boma sebagai pelaku yang membunuh orang itu. Sinto yang kalap langsung menghabisi Boma dengan Pukulan Sinar Matahari. Kiai Gede Tapa Pamungkas kemudian datang untuk mencegah tapi semuanya sudah terlambat. Boma Wanareja meninggal di bunuh oleh Sinto Gendeng. Setelah mendengar penjelasan dari gurunya, Sinto menyesal dan berniat menebus dosanya. Kiai Gede Tapa Pamungkas lalu berkata bahwa ratusan tahun ke depan akan muncul pemuda yang mirip dengan Boma Wanareja dan juga mempunyai nama Boma. Sinto harus menebus dosanya dengan mengangkat pemuda itu sebagai murid dan mengajarinya ilmu-ilmu kesaktian. Anak yang dimaksud ini adalah Boma Tri Sumitro, pemuda tahun 2000 yang kemudian di kenal sebagai Boma Gendenk. MintariMintari adalah anak gadis dari Ki Pamilin, seorang tokoh silat dari golongan putih. Ketika sedang dalam perjalanan, Mintari dan ayahnya di cegat oleh pendekar jahat bernama Kamandaka. Kamandaka lalu membunuh Ki Pamilin dan memperkosa Mintari. Sinto Gendeng mencegah Mintari bunuh diri dan malah memberinya bekal ilmu untuk membalaskan dendamnya kepada Kamandaka. Sinto mengajari Mintari ilmu Pukulan Sinar Matahari. Ilmu yang diberikan Sinto kepada Mintari ini bersifat sementara dan hanya bisa di gunakan sekali. Dan walau Sinto tidak pernah mengangkat Mintari sebagai muridnya, tapi Sinto menyuruh Wiro Sableng untuk menganggap Mintari sebagai adik seperguruannya untuk sementara waktu. SenjataKapak Naga Geni 212Senjata mustika ini di dapatkannya dari Kiai Gede Tapa Pamungkas. Kapak ini kemudian kembali di wariskan kepada murid laki-laki nya, Wiro Sableng. Pedang Naga Suci 212Senjata ini dia rebut dari mantan kekasih dan saudara seperguruannya, Sukat Tandika. Pedang yang berwujud asli seekor Naga betina ini hanya bisa di kuasai oleh gadis yang masih suci. Sinto menyembunyikan mustika ini di dasar telaga Gajah Mungkur. Pedang ini kemudian jatuh kepada Puti Andini, murid dari Sukat Tandika. Tongkat KayuTongkat kayu yang terlihat rapuh ini adalah senjata utama yang paling sering di gunakan oleh Sinto. Tongkat ini berfungsi sebagai mediasi untuk menyalurkan tenaga dalam. Sinto pernah menggunakan tongkat kayu ini untuk memukul lawan, menyebarkan hawa panas lewat tanah, dan mencari sumber air. Tongkat ini juga bisa digunakan untuk menyembuhkan luka dalam. Saat Ratu Duyung terluka parah karena Pukulan Kipas Neraka milik Sabai Nan Rancak, Sinto mematahkan ujung tongkatnya lalu di berikan kepada Ratu Duyung untuk di kunyah. Setelah Ratu Duyung mengunyah potongan tongkat kayu itu, luka dalamnya kembali pulih. Tusuk KundaiTak ada satu pun tenaga dalam yang sanggup memapaki serangan tusuk kundai ini. Senjata yang terbuat dari perak ini berjumlah 5 buah dan ditancapkan langsung oleh Sinto Gendeng di batok kepalanya. Tidak ada data akurat mengenai asal-usul senjata ini. Dikisahkan tusuk kundai ini beberapa kali pernah hilang dan Wiro Sableng selalu ditugaskan untuk mendapatkan kembali tusuk kundai tersebut. KesaktianPukulan Sakti
Jurus Silat
Ilmu Sakti
TriviaAda tiga aktris yang pernah memerankan Sinto Gendeng di masing-masing film dan sinetron Wiro Sableng
Pranala luar
|