Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini hanya boleh digunakan untuk penjelasan ilmiah; bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis. Wikipedia tidak memberikan konsultasi medis. Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat, berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional.
Sindrom takotsubo
Perbedaan kondisi jantung dengan sindrom takotsubo (A) dan dalam kondisi normal (B)
Sindrom takotsubo atau kardiomiopati takotsubo, juga dikenal sebagai sindrom patah hati,[1] adalah jenis kardiomiopati non-iskemik yang dapat melemahkan otot jantung secara tiba-tiba.[2] Melemahnya otot jantung ini dapat dipicu oleh stres secara emosional, seperti kematian orang yang dicintai, putus cinta, penolakan dari pasangan, atau kecemasan secara terus-menerus. Stresor dapat bersifat fisik seperti perdarahan, sepsis, asma, atau feokromositoma. Namun, telah diteliti lebih lanjut bahwa sindrom takotsubo dapat terjadi tanpa adanya episode stres.[3]
Sindrom ini sering terjadi pada perempuan pasca-menopause.[4] Nama "takotsubo" berasal dari bahasa Jepang (たこつぼ, takotsubo) yang berarti "perangkap gurita", karena ventrikel kiri jantung membentuk menyerupai perangkap gurita ketika dipengaruhi oleh kondisi ini.[5]
Faktor risiko
Stres
Kebanyakan sindrom takotsubo didahului oleh peristiwa yang membuat stres meskipun terdapat kasus tanpa pemicu stres.[6] Beberapa pasien dilaporkan bahwa mereka memiliki kardiomiopati takotsubo setelah mengalami stres secara emosional. Selain itu, beberapa pasien yang memiliki stresor klinis sebelumnya (seperti cedera otak, serangan asma atau eksaserbasi pada penyakit kronis) telah menunjukkan bahwa jenis ini lebih berisiko daripada pemicu stres emosional.[7]
Kelamin
Perempuan, terutama perempuan pasca-menopause, lebih berisiko mengalami sindrom takotsubo.[6] Beberapa peneliti menciptakan teori tentang kemungkinan efek perlindungan estrogen untuk mencegah sindrom ini.[8][9]
Genetik
Hingga saat ini, faktor risiko ini sedang diselidiki jika sifat genetik tertentu yang berkaitan dengan reseptor katekolamin (reseptor pada sel-sel otot jantung) berperan dalam pengembangan sindrom takotsubo.[8]