Silium (jamak Silia) atau kelijak adalah organel sel yang berfungsi sebagai alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel yang diameternya kira-kira 0,25 μm dan panjangnya sekitar 2 sampai 20 μm.[1] Bentuk silia itu memanjang dan dibungkus oleh membran sel dan bersifat lincah. Jumlah silia pada setiap sel mencapai 200 buah.[2] Silia berbeda dengan flagela (bentuk jamak dari flagelum) yang fungsinya dan diameternya sama dengan silia, hanya saja lebih panjang, yaitu sekitar 10 hingga 200 μm.[1][3] Selain itu, jumlah flagela biasanya terbatas, hanya satu atau beberapa untuk setiap sel.[1] Banyak organisme eukariot uniseluler bergerak di air dengan bantuan silia dan flagela.[1] Silia merupakan penonjolan tipis yang berfungsi untuk menggerakkan lendir yang berhasil menangkap kotoran-kotoran kecil agar keluar dari paru-paru dan menggerakan sel telur sepanjang tuba uterina.[4]
Dinding silia mempunyai cincin luar dengan jumlah sembilan doublet mikrotubula (hanya satu tubula asesori yang melekat) dan 2 fibril tengah yang mirip dengan mikrotubula pada konstruksinya. Setiap dublet dihubungkan dengan perantara protein yang membawa neksin. Pada bagian bebas subdublet ada sepasang molekul protein atau terkenal dengan sebutan dinein. Dinein memiliki gugus yang berperan sebagai ATPase (Adenosine Tri Phospat) untuk menunjang proses terjadinya hidrolisis ATP.[5]
Dalam sistem indra penciuman, silia memiliki reseptor sensorik yaitu protein. Variasi dalam rantai asam amino ini membuat reseptor sensitif terhadap berbagai aroma. Setiap neuron sensorik penciuman memiliki satu jenis reseptor pada silia. Reseptor dikhususkan untuk mendeteksi bau tertentu. Ketika aroma mengikat dengan reseptor yang mengenali aroma tersebut, neuron sensorik terikat dengan reseptor terstimulasi. Indra penciuman ini adalah satu satunya informasi sensorik yang langsung dikirimkan ke cerebral cortex, sedangkan sensasi lain melalui thalamus.[6] Selain itu, untuk tugas pembersihan pada indra penciuman memiliki membran mukosa (selaput lendir) yang menyekresikan sekitar satu liter mukus (lendir) yang lengket setiap hari ditambah lagi jutaan silia. Silia tanpa henti menggerakan mukosa yang berfungsi menyapu mukus dengan kecepatan 12-15 gerakan perdetik dan mendorong mukus ke tenggorokan. Hal ini terjadi dalam rangka menahan serangan polusi yang akan masuk ke dalam tubuh manusia.[7]
Pola gerak
Pola gerak silia yaitu cepat dan tiba-tiba mengarah ke satu arah dengan cara ujung silia menyentuh lapisan mukoid sampai bergerak, kemudian silia kembali bergerak melambat dengan ujung tidak sampai pada lapisan yang dilalui tadi. Perbandingan durasi gerak yang dilakukan silia kira-kira 1:3. Berdasarkan gambaran ini, gerakan silia akan menyerupai ayunan tangan seorang yang sedang berenang. Silia tidak melakukan gerakan serentak, tapi berurutan seperti efek domino pada satu area arah yang ditujunya. Hal ini menyebabkan pola gerak silia memiliki frekuensi denyut 1000 getaran per menit. Gerak silia bisa terjadi karena mikrotubulus saling meluncur satu sama lainnya. Sumber energinya ATP yang berasal dari mitokondria. ATP berasal dari pemecahan ADP oleh ATPase. ATP berada di lengan dinein yang menghubungkan mikrotubulus dalam pasangannya. Sedangkan antara pasangan yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan bahan elastik yang diduga neksin.[2]
Lihat Pula
Rujukan
- ^ a b c d Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi, Edisi Kelima, Jilid I. Jakarta: Erlangga. Hal:130-132, 126 ISBN 979-688-468-2
- ^ a b Puji Kurniawan, Dwi Reno Pawarti (Januari–April 2012). "Transport Mukosiliar Hidung pada Rinitis Alergi" (PDF). Jurnal THT-KL. 5 (5): 65–64. ISSN 2337-8417.
- ^ Haimo LT, Rosenbaum JL. 1981.Cilia, flagella, and microtubule. J. Cell Biol. 91 (3 Pt 2): 125s–130s. doi:10.1083/jcb.91.3.125s. PMID 6459327.
- ^ Gibson, John (2003). Fisiologi & Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC. hlm. 4. ISBN 978-979-448-596-5.
- ^ Setiawan, Samhis (2020-11-21). "Silia Dan Flagela – Pengertian, Struktur, Fungsi, Perbedaan, Gerakan, Peranan". GuruPendidikan.Com. Diakses tanggal 2020-11-27.
- ^ Nugrahaeni, Ardhina (2020-01-01). Pengantar Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Anak Hebat Indonesia. hlm. 142. ISBN 978-623-244-355-6.
- ^ Q-Anees, Bambang (2004-12-01). Awas, Ada Yang Ngincer Bodimu!. Bandung: DAR! Mizan. hlm. 100. ISBN 978-979-752-171-4.