Sikatan Bakau (Cyornis rufigastra) adalah spesies burung dari keluarga Muscicapidae. Burung ini mudah dijumpai dan menghuni hutan pantai, hutan mangrove serta perkebunan pesisir di datara rendah . Umumnya keberadaannya menggantikan Sikatan cacing. Hidup berpasangan, mudah dikenali karena betinanya berwarna biru.
Sikatan Bakau berburu di dekat tanah, sangat menyukai rumpun nipa. Memakan kumbang, lalat, tawon dan serangga lainnya. Bersarang mirip C. banyumas. Telur tiga sampai lima butir yang diletakkan pada sarang bentuk cawan yang terdapat dekat permukaan tanah. Di Jawa tercatat bersarang pada bulan Mei dan Juni.
Deskripsi
Burung ini berukuran 14 sampai 15 cm dengan berat sekitar 12,5 sampai 18 gram namun untuk ras filipina memiliki berat sekitar 16,8 sampai 22 gram., berwarna biru, jingga, dan putih. Sangat mirip sikatan cacing, dapat dibedakan oleh warna dahi yang tidak biru-muda, warna dagu lebih hitam, dan tubuh bagian bawahnya berwarna merah-bata yang meluas lebih jauh ke bawah perut. Betina: seperti jantan, tetapi berwarna lebih pucat, dengan kekang keputih-putihan (membentuk V diatas paruh) dan dagu putih-kekuningan. Iris mata berwarna coklat, paruh hitam dengan kaki berdaging kebiruan.
Persebaran dan ras
Terdapat 12 ras dengan persebaran sebagai berikut:[2]
- C. r. rufigastra (Raffles, 1822): Semenanjung Malaysia, Sumatra dan Kalimantan.
- C. r. karimatensis (Oberholser, 1924): P.Karimata, ujung barat-daya Kalimantan.
- C. r. rhizophorae (Stresemann, 1925): P. Sebesi (ujung selatan Sumatra), Bangka, Belitung dan Jawa (terutama Jawa bagian barat).
- C. r. longipennis (Chasen & Kloss, 1930): Kep. Karimunjawa, utara Jawa bagian tengah.
- C. r. simplex (Blyth, 1870): Filipina bagian utara (Luzon, Polillo, Fortune, Catanduanes).
- C. r. mindorensis (Mearns, 1907): Mindoro, di Filipina utara bagian tengah.
- C. r. marinduquensis (duPont, 1972): Marinduque, di Filipina utara bagian tengah.
- C. r. philippinensis (Sharpe, 1877): Filiphina bagian tengah, barat, dan selatan, termasuk Palawan dan Kepulauan Sulu.
- C. r. omissus (E. J. O. Hartert, 1896): Sulawesi.
- C. r. peromissus (E. J. O. Hartert, 1920): P. Selayar (ujung barat-daya Sulawesi).
- C. r. djampeanus (E. J. O. Hartert, 1896): P. Tanahjampea.
- C. r. kalaoensis (E. J. O. Hartert, 1896): P. Kalao (di selatan Tanahjampea).
Habitat dan Kebisaan
Di habitat aslinya keberadaan burung Sikatan Bakau Sulawesi biasanya mendiami area hutan bakau atau mangrove yang banyak terdapat di pesisir pantai Sulawesi. Selain itu, burung Sikatan ini juga tersebar di sekitaran hutan rawa air asin dan semak belukar yang tak jauh dari bibir pantai. Sama seperti jenis burung Sikatan lainnya bahwa makanan hariannya adalah aneka jenis serangga yang ada di hutan yakni lalat, lebah, rayap, dan semut.
Suara
Suara kicauan burung Sikatan Bakau memiliki irama yang merdu dengan volume yang cukup tinggi sehingga terdengar agak melengking. Kicauan yang dibunyikannya penuh irama dengan nada yang dinaikturunkan secara teratur. Walaupun kicauannya memiliki tempo yang sedang tapi terdengar cukup lantang dengan volume yang keras. Hanya saja, durasi kicauannya cenderung pendek dan terkesan monoton dengan seringnya melakukan pengulangan nada secara terus menerus.
Reproduksi
Ketika musim kawin tiba biasanya burung Sikatan Bakau akan membentuk sarangnya yang mirip seperti cawan. Telur yang mampu dihasilkan saat sekali musim kawin berlangsung bisa sekitar 2 sampai 5 ekor butir telur dengan musim kawin yang berlangsung pada bulan Mei sampai dengan Juni.[3]
Referensi