Si Parkit Raja Paraket


Burung Parkit

Si Parkit Raja Parakeet adalah cerita rakyat yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam.[1] Kisah ini dikenal dengan berbagai nama seperti raja burung parkit yang cerdik atau sangkar emas.[2][3][4][5] Kata parkit dan parakeet merujuk kepada nama jenis burung.[4] Kisah ini menceritakan tentang perjalanan hidup seekor pemimpin burung yang bernama Parkit.[2]

Cerita

Dalam hutan Nanggroe Aceh Darussalam, hiduplah sekawanan burung parakeet yang dipimpin oleh seekor raja burung.[1] Raja burung itu dipanggil dengan nama Parkit.[2] Burung-burung ini senang bernyanyi.[5] Mereka mempunyai suara yang merdu dan enak didengar.[4] Setiap hari, mereka berkumpul dan bernyanyi dengan suara yang merdu.[3] Suatu hari, burung-burung parakeet ini terperangkap dalam perekat yang dipasang oleh pemburu.[1] Burung-burung parakeet mulai panik dan berusaha melepaskan diri dari perekat itu.[4] Sayangnya, usaha mereka sia-sia.[2] Si Parkit meminta para burung tersebut untuk tenang.[3] Ia tahu niat jahat dari pemburu yang memasang perekat itu.[4] Ia berpikir bagaimana caranya agar bisa membebaskan rakyatnya dari perekat itu.[1] Ia pun mendapatkan ide.[3] Parkit meminta rakyatnya untuk berpura-pura mati agar pemburu itu melepaskan mereka.[4] Para burung itu mengikuti perintah Parkit.[2] beberapa waktu kemudian, pemburu pun datang dan melihat para burung yang ada dalam perekatnya.[2] Pemburu tersebut kecewa karena ternyata burung-burung yang ada dalam perekat itu telah mati.[3] Ia pun mengeluarkan burung-burung itu dari perekat.[4] Ketika pemburu tersebut mengeluarkan para burung parakeet dari perekat, ia tersandung dan terjatuh.[4] Para burung pun kaget dan melarikan diri.[3] Sayangnya, hanya si Parkit yang tertinggal dalam perekat itu.[1] Pemburu kesal karena merasa tertipu oleh burung-burung parakeet.[3] Ia hendak membunuh Parkit, tetapi Parkit memohon belas kasihan dari pemburu tersebut.[4] Parkit mengatakan bahwa ia akan bernyanyi setiap hari sebagai imbalan apabila pemburu itu tidak membunuhnya.[5] Pemburu pun setuju dan membawa Parkit ke istana.[1] Sesampainya di istana, pemburu memberikan Parkit kepada raja sebagai peliharaan raja.[3] Raja pun senang mendengar suara Parkit yang merdu.[5] Ia pun menyuruh anak buahnya untuk membuat sangkar emas bagi Parkit.[3] Akan tetapi, Parkit merindukan hutan berserta isinya.[4] Ia merindukan kehidupan yang bebas.[1] Parkit dapat terbang bebas di hutan.[2] Parkit pun memikirkan cara untuk melarikan diri dari sangkar emas.[4] Ia berpura-pura mati ketika raja datang untuk mendengar suara Parkit yang merdu.[1] Raja merasa sedih ketika melihat Parkit tidak bergerang di dasar sangkar emas.[4] Ia pun menyuruh anak buahnya untuk mengubur Parkit.[2] Parkit kemudian dikeluarkan dari sangkar emas tersebut.[1] Saat dikeluarkan, Parkit tidak membuang-buang kesempatan.[3] Ia langsung terbang lewat jendela dan kembali ke hutan.[1] Sesampainya di hutan, para burung menyambut Parkit dengan suara mereka yang merdu.[4] Para burung ini senang karena raja mereka telah kembali.[1]

Pesan

Kisah raja burung parakeet ini mempunyai pesan bagi kehidupan manusia tentang kepemimpinan dan penghargaan terhadap ciptaan Tuhan.[4] Pertama, manusia harus menjadi pemimpin bersikap baik dan bijaksana seperti si Parkit.[4] Pemimpin yang baik dan bijaksana akan dicintai oleh rakyatnya.[4] Kedua, pemimpin haruslah sabar dan banyak akal dalam menyelesaikan masalah.[5] Pemimpin yang sabar dan banyak akal tentulah dapat menemukan solusi di tengah kesulitan.[5] Ketiga, manusia haruslah menghargai kebebasan dari ciptaan Tuhan.[3] Kebebasan hidup lebih berharga daripada kekayaan atau harta benda.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k Sheina Ananda. 2013. Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.Jakarta:Anakkita.Hlm 2.
  2. ^ a b c d e f g h Dea Rose. 2007. Cerita Rakyat 33 provinsi dari Aceh sampai papua. Yogyakarta:IndonesiaTera. Hlm 1.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l Tim Optima Pictures. 2009. 101 Cerita Nusantara. Malang:Kawan Pustaka. Hlm 5.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Sumbi Sambangsari. 2008. Kumpulan cerita rakyat nusantara.Jakarta: Wahyu Media.Hlm 2.
  5. ^ a b c d e f Marina Asril Reza. 2010. 108 Cerita Rakyat terbaik Asli Nusantara.Jakarta:Visimedia.Hlm 10.