Sentimen anti-BelandaSentimen anti-Belanda atau rasa ketidaksenangan terhadap Belanda (Bahasa Inggris: Anti-Dutch sentiment atau Dutchphobia,[1] bahasa Belanda: Anti-nederlands sentiment) adalah salah satu hal yang mencakup tentang anggapan yang kurang baik, ketakutan dan rasa tidak suka terhadap Belanda, bangsa Belanda dan kebudayaan Belanda. Kebudayaan dan masyarakat Belanda sudah lama ada setelah pernah dilakukannya penjajahan oleh Belanda dan pernah ikut berperan pada perang Eropa Jajahan-jajahan BelandaAsia TenggaraDalam waktu yang jelas tidak sebentar, salah satu jajahan Belanda di Asia Tenggara yakni Indonesia (masih bernama Hindia Belanda) sejak tahun 1800 hingga masa pendudukan Jepang di Indonesia saat Perang Dunia Kedua. Sesudah Jepang mengalami kekalahan, rasa ketidaksenangan atas kehadiran Belanda terus menyebar dengan luas di kalangan pribumi tatkala Belanda lagi-lagi berupaya kembali memertegas kendalinya atas Indonesia, hal-hal apapun yang berkaitan dengan Belanda harus ditindaklanjuti dengan perlawanan.[2][3] Dampaknya yang datang kemudian yakni ketika memuncaknya Perang Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949 demi kemerdekaan Indonesia. Afrika SelatanSelama berakhirnya Perang Boer Kedua di Afrika Selatan pada tahun 1899-1902 yang melibatkan kedua pihak yaitu pemerintah Inggris dan para penghuni tetap berketurunan Belanda, rasa ketidaksenangan terhadap Belanda pun mulai muncul di setiap lapisan masyarakat penutur bahasa Inggris,[4] banyak di antara mereka pula yang memilih bergabung dengan Partai Unionis di Afrika Selatan.[5] Amerika Selatan dan KaribiaMulai bergeraknya rasa berkebangsaan yang terus jelas terlihat menjadikan rasa ketidaksenangan terhadap keberadaan Belanda semakin meningkat pada tahun 1950-an di tanah Suriname yang masih mengalami penjajahan dari Belanda.[6] Negara Suriname pun mulai berpemerintah secara berdikari sejak tahun 1954 lalu merdeka sepenuhnya pada tahun 1975. Perang benua EropaPeperangan Belanda dan InggrisBerdasarkan dari peperangan Belanda dan Inggris pada abad ke-17 dan ke-19, muncul pernyataan ungkapan yang menyampaikan tentang semakin merajalelanya rasa perseteruan dan teriakan cibiran terhadap Belanda dalam bahasa Inggris yang di antaranya seperti "Dutch courage", "Dutch uncle", "Going Dutch", "Dutch treat", "Double Dutch" dan "I'm Dutchman". Rasa ingin melawan Belanda terus meningkat di Inggris dalam waktu tiga tahun menghadapi Belanda yang saat itu berpemerintahan republik dari tahun 1652 dan tahun 1674 lalu terus berlanjut ketika kekuasaan wewenang pemerintahan William Ke-3 dari Inggris.[7] Perang Dunia PertamaBelanda pernah menjadi negara tak berkeberpihakan atau netral saat Perang Dunia Pertama hingga berujung kepada tanggapan dan ucapan dari Inggris yang tidak sekata dengan keputusan Belanda, sebuah majalah bernama Punch memberikan sebuah ungkapan pendapat yang dijadikan sebagai acuan yang jelas berkenaan terhadap keputusan Belanda tersebut:
Perang Dunia KeduaKetika berlangsungnya Perang Dunia Kedua, para tentara Jerman yang mencaplok seantero Belgia pernah menggalakkan kewajiban berbahasa Belanda bagi para penutur bahasa Prancis hingga berakibat dengan masalah ketakutan atau fobia terhadap Belanda di tengah-tengah para penutur bahasa tersebut.[9] Acuan
|