Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini hanya boleh digunakan untuk penjelasan ilmiah; bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis. Wikipedia tidak memberikan konsultasi medis. Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat, berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional.
Selulit adalah herniasi lemak subkutan di dalam jaringan ikat fibrosa yang bermanifestasi sebagai lesung pipit dan nodularitas kulit, seringkali di daerah panggul (khususnya bokong), tungkai bawah, dan perut.[1][2] Selulit dialami pada sebagian besar wanita pascapubertas.[3] Sebuah tinjauan menemukan bahwa 85-98% wanita memiliki selulit.[4] Prevalensi ini menunjukkan bahwa selulit lebih bersifat fisiologis daripada patologis. Selulit dapat disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang kompleks mulai dari hormon hingga faktor genetik. Stretch mark dan selulit sering dianggap sama tetapi tetap saja keduanya berbeda. Selulit ringan dapat dilihat hanya dengan mencubit kulit di area dseseorang memiliki selulit, seperti di paha. Faktor hormonal memainkan peran besar dalam perkembangan selulit, dan genetika menentukan struktur kulit, tekstur kulit, dan tipe tubuh. Faktor-faktor lain, seperti berat dan tonus otot mempengaruhi seseorang menderita selulit bahkan orang yang sangat sehat dapat memilikinya.[5]
Selulit terjadi pada 80-98% perempuan post pubertal berhubungan dengan pengaruh hormonal, terutama perempuan di atas usia 30 tahun. Selulit jarang terjadi pada laki-laki. Pada laki-laki berkaitan dengan defisiensi androgen seperti pada sindrom klinefelter, hipogonadisme, poskastrasi atau pada pasien yang mendapat terapi estrogen untuk kanker prostat. Sekitar 85% perempuan diatas usia 20 tahun memiliki selulit dengan derajat yang bervariasi, dan selulit mengenai lebih dari 90% perempuan non-Asian. Selulit dapat mengenai perempuan semua umur, dapat dianggap sebagai suatu keadaan kulit yang mengalami penuaan bentuk akibat kelemahan dermis.[6]
Referensi
^Rossi, Ana Beatris R; Vergnanini, Andre Luiz (2000). "Cellulite: A review". Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology. 14 (4): 251–62. doi:10.1046/j.1468-3083.2000.00016.x. PMID11204512.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Pinna, K. (2007). Nutrition and diet therapy. Belmont, CA: Wadsworth. hlm. 178.
^Harris, Bilkes (2018). "Selulit". Ibnu Sina Biomedika. 2 (1). Diarsipkan dari versi asli Periksa nilai |url= (bantuan) tanggal 2013-08-12. Diakses tanggal 2023-03-25.
Bacaan lanjutan
Khan, Misbah H.; Victor, Frank; Rao, Babar; Sadick, Neil S. (2010). "Treatment of cellulite. Part I. Pathophysiology". Journal of the American Academy of Dermatology. 62 (3): 361–70; quiz 371–2. doi:10.1016/j.jaad.2009.10.042. PMID20159304.
Khan, Misbah H.; Victor, Frank; Rao, Babar; Sadick, Neil S. (2010). "Treatment of cellulite. Part II. Advances and controversies". Journal of the American Academy of Dermatology. 62 (3): 373–84; quiz 385–6. doi:10.1016/j.jaad.2009.10.041. PMID20159305.