Segmen pada Lempeng Indo-Australia dan Penyebab Terjadinya Segmentasi
Lempeng Indo-Australia ialah nama untuk 2 lempeng tektonik yang termasuk benua Australia dan samudra di sekelilingnya yang memanjang ke barat laut sampai termasuk anak benua India dan perairan di sekelilingnya. Lempeng ini terbagi atas dua lempeng sepanjang perbatasan yang kurang aktif: lempeng Australia dan lempeng India yang lebih kecil. Kedua lempeng itu bergabung bersama antara 50 sampai 55 juta tahun lalu, sebelum masa itu, kedua lempeng itu bergerak sendiri-sendiri.
Lempeng Indo-Australia merupakan lempeng yang termasuk dalam lempeng benua Australia, sub-benua India, dan lempeng samudera yang sangat luas. Lempeng Indo-Australia ini tersegmentasi menjadi 2 segmen besar, yaitu lempeng Indo-Australia bagian timur, serta bagian barat. Lempeng bagian timur pada umumnya disusun oleh lempeng benua Australia dan lempeng samudera. Sedangkan lempeng Indo-Australia bagian barat tersusun atas lempeng benua India dan lempeng samudera. Titik pertemuan kedua segmen ini berada di sebelah barat pulau Sumatra.
Segmentasi ini terjadi karena perbedaan arah pergerakan pada masing-masing segmen Lempeng Indo-Australia, dimana lempeng benua India yang arah gerakannya relatif ke utara menuju lempeng Eurasia dan lempeng Australia yang gerakannya relatif ke arah timur laut. Lempeng Australia bergerak dengan kecepatan 5.6 cm/tahun, sedangkan untuk Lempeng India 3.7 cm/tahun. Rendahnya kecepatan Lempeng India ini disebabkan karena keberadaan Himalaya, dimana akumulasi materialnya yang tebal akan membebani Lempeng India dan membuat Lempeng India relatif lebih sukar bergerak daripada Lempeng Australia. Keberadaan Himalaya sebagai penghalang pergerakan Lempeng India ini dapat menyebabkan akumulasi energi pada titik pertemuan 2 segmen lempeng Indo-Australia, yaitu di Sumatra.
Implikasi Segmentasi Indo-Australia terhadap Kondisi Geologis Lokal
Kondisi detail yang dapat diperhatikan pengaruhnya pembentukan pegunungan Himalaya terhadap Tektonik Indonesia Barat yaitu pada akhir Kenozoikum, wilayah Asia Tenggara tercirikan oleh interaksi sekurangnya antara tiga buah lempeng kerak bumi.
Batas antara Samudera India dan Lempeng Erasia di barat Sumatra dan di selatan Jawa serta Nusa Tenggara, tercirikan oleh sistem palung busur. Di Sumatra, keadaanya menjadi rumit karena hadirya sesar Sumatra yang terentang sepanjang 1350 km (Katili, 1973). Sistem palung-busur Jawa terbentuk oleh penunjaman kerak samudera ke bawah kerak benua. Di sini kerak benuanya tipis saja, mengingat sebagian hanya terdiri dari busur volkano-pluton Tersier. Menyamping ke arah benua, kandungan kalium batuan gunung api berangsur-angsur meningkat. Hal itu tcrlihat nyata di P. Jawa (Hatherton & Dickinson, 1969) dengan jalur Benioffnya paling dalam sekitar 700 km. Ketika pinggiran lempengan India-Australia bertabrakan dengan lempengan Eurasia, lempengan tersebut longsor jauh ke dalam bumi, di bawah Indonesia. suhu yang sangat tinggi melelehkan pinggiran lempengan sehingga menghasilkan magma. kemudian magma muncul melalui retakan di permukaan bumi dan membentuk gunung-gunung api. Busur gunung api di Indonesia terbentuk dengan cara seperti itu.
Proses pergerakan dan bergesernya Lempeng Benua India – Australia ke Utara memberikan dampak hingga ke wilayah Asia yaitu dari mulai Myanmar – Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara dan Laut Banda, pergerakan lempeng ini yang mengakibatkan pembentukan barisan pegunungan dari Ujung Sumatra hingga Laut Banda Indonesia yang dikenal dengan Sistem Persebaran Pengunungan Sunda.
Apabila diperhatikan, penunjaman yang terjadi di sebelah barat Sumatra tidak benar-benar tegak lurus terhadap arah pergerakan Lempeng India Australia dan Lempeng Eurasia. Lempeng Eurasia bergerak relatif ke arah tenggara, sedangkan Lempeng India-Australia bergerak relatif ke arah timurlaut. Karena tidak tegak lurus inilah maka Pulau Sumatra dirobek sesar mendatar yang dikenal dengan nama Sesar Semangko. Subduksi dari Lempeng Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada masa Paleogen diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk Sumatra searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah E-W menjadi SE-NW dimulai pada Eosen-Oligosen. Perubahan tersebut juga mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar mendatar Sumatra seiring dengan rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra menjadikan kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra (Darman dan Sidi, 2000). Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai dengan pembentukkan cekungan-cekungan belakang busur sepanjang Pulau Sumatra, yaitu Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatera Selatan,
Pulau Sumatra diinterpretasikan dibentuk oleh kolisi dan suturing dari mikrokontinen di Akhir Pra-Tersier (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam Barber dkk, 2005). Sekarang Lempeng Samudera Hindia subduksi di bawah Lempeng Benua Eurasia pada arah N20°E dengan rata-rata pergerakannya 6 – 7 cm/tahun. 9 Konfigurasi cekungan pada daerah Sumatra berhubungan langsung dengan kehadiran dari subduksi yang menyebabkan non-volcanic fore-arc dan volcano-plutonik back-arc.
Referensi
- Metcalfe, I., 2002. Permian tectonic framework and palaeogeography of SE Asia. J. Asian. Earth Sci. 20, 551–566.
- Metcalfe, I., 2011. Tectonic framework and Phanerozoic evolution of Sundaland. J. Asian. Gondwana Research. 19, 3–21.