Sate ulat sagu adalah makanan khas Karo Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Papua, dan Dayak Kalimantan yang berasal dari ulat sagu. Ulat sagu didapatkan dari pohon sagu yang dipotong dan dibiarkan membusuk.[1]
Sate ulat sagu |
---|
|
Nama lain | Ko'o, Butod, Kidu-kidu |
---|
Sajian | Menu utama |
---|
Tempat asal | Indonesia |
---|
Daerah | Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua, juga populer di negara tetangga seperti Malaysia (Sabah dan Serawak), Papua Nugini dan Timor Leste |
---|
Suhu penyajian | Panas |
---|
Bahan utama | Ulat sagu, bumbu kacang, sambal, dan lalapan |
---|
| 100 gram ulat sagu mengandung 181 kalori, 6,1 gram protein, dan 13,1 gram lemak[2] kkal |
---|
|
Meskipun terlihat menjijikkan, tapi makanan ini kaya akan protein yang cukup tinggi dan cocok dimakan oleh penderita diabetes. Makanan ini rendah serat, bisa dimakan secara langsung maupun dengan cara digoreng atau dijadikan sate.[3]
Dalam budaya Papua, ulat sagu menjadi unsur penting dalam ritual perayaan oleh Suku Asmat. Sebuah ritual makanan disiapkan oleh Suku Kamoro dalam pemberian nama anak laki-laki mereka. Ritual makanan ini terdiri dari campuran tepung sagu dengan siput atau kerang jenis tertentu, dan ulat sagu yang dibungkus dalam kemasan daun sagu berukuran panjang.[4]
Referensi
Pranala luar